Demi Jihad, Berangkat Sendirian Bawa Tombak

Demi Jihad, Berangkat Sendirian Bawa Tombak
Ratusan siswa SDN Bandunrejosari Malang memperingati Hari Pahlawan dengan kirim doa dan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Suropati (09/11). Foto: Darmono/Radar Malang/JPNN

jpnn.com - KH.M Basori Alwi Murtadlo, pengasuh Pondok Ilmu Quran (PIQ) Singosari, Malang, Jatim. Jawa Pos Radar Malang secara khusus mewawancarai pelaku sekaligus saksi mata pertempuran 10 November itu.

Menurut dia, perjuangan bangsa Indonesia saat itu sangat heroik. Termasuk perjuangan umat Islam untuk mempertahankan Kemerdekaan RI dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya melawan tentara Inggris.

Saat itu, tentara Inggris datang ke Indonesia tergabung dalam Allied Forces Netherlands East Indies  (AFNEI) atas keputusan dan atas nama blok sekutu.

Sebagai salah satu saksi mata dalam peristiwa tersebut, dia mengatakan, di masa itu memang semangat juang umat Islam sangat besar.

Apalagi setelah adanya Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh KH Hasyim As’ary pada 22 Oktober 1945. Bahkan, para pemuda Islam merasa bangga ikut perang melawan penjajah (Belanda ataupun Jepang).

”Kami tidak takut mati,” kata kiai kelahiran Singosari, 15 April 1927 ini.

Dia mengatakan, dirinya saat itu masih berumur sekitar 18 tahun. Dia merasa terpanggil untuk ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan.

Dia mengaku tak punya rasa takut sedikitpun saat akan mengikuti jihad melawan tentara Inggris.

KH.M Basori Alwi Murtadlo, pengasuh Pondok Ilmu Quran (PIQ) Singosari, Malang, Jatim. Jawa Pos Radar Malang secara khusus mewawancarai pelaku sekaligus

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News