Demi Jihad, Berangkat Sendirian Bawa Tombak

Demi Jihad, Berangkat Sendirian Bawa Tombak
Ratusan siswa SDN Bandunrejosari Malang memperingati Hari Pahlawan dengan kirim doa dan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Suropati (09/11). Foto: Darmono/Radar Malang/JPNN

”Begitu ada Resolusi Jihad, umat islam kompak,” kenang Kiai Basori.

Waktu itu, kenang dia, sebelum pecah pertempuran 10 November (kira-kira tanggal 9 November), dia berangkat dari Singosari ke Surabaya naik oplet sendirian.

”Saya membawa tombak warisan ayah saya (Alwi Mutadlo),” kenang putra pasangan Kiai Alwi Murtadlo dan Nyai Riwati ini dengan nada bersemangat.

Sesampai di Surabaya, Basori muda bergabung dengan para santri dan umat Islam dari berbagai penjuru di Jawa Timur.

Kiai Basori mengatakan, jumlah umat Islam yang bergabung saat itu sangat banyak. ”Saya tidak tahu jumlahnya, tapi banyak sekali,” ujar kiai kharismatik ini.

Menurut dia, saat itu yang terjadi adalah pertempuran yang dari segi persenjataan, tidak seimbang.

Karena ribuan umat Islam yang berada di medan perang, hanya bersenjatakan pedang, bambu runcing, tombak, celurit, dan sejenisnya.

Meski ada juga tentara Indonesia yang membawa senapan. Sedangkan tentara Inggris datang dengan persenjataan lengkap dan modern.

KH.M Basori Alwi Murtadlo, pengasuh Pondok Ilmu Quran (PIQ) Singosari, Malang, Jatim. Jawa Pos Radar Malang secara khusus mewawancarai pelaku sekaligus

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News