Demi Jihad, Berangkat Sendirian Bawa Tombak
”Begitu ada Resolusi Jihad, umat islam kompak,” kenang Kiai Basori.
Waktu itu, kenang dia, sebelum pecah pertempuran 10 November (kira-kira tanggal 9 November), dia berangkat dari Singosari ke Surabaya naik oplet sendirian.
”Saya membawa tombak warisan ayah saya (Alwi Mutadlo),” kenang putra pasangan Kiai Alwi Murtadlo dan Nyai Riwati ini dengan nada bersemangat.
Sesampai di Surabaya, Basori muda bergabung dengan para santri dan umat Islam dari berbagai penjuru di Jawa Timur.
Kiai Basori mengatakan, jumlah umat Islam yang bergabung saat itu sangat banyak. ”Saya tidak tahu jumlahnya, tapi banyak sekali,” ujar kiai kharismatik ini.
Menurut dia, saat itu yang terjadi adalah pertempuran yang dari segi persenjataan, tidak seimbang.
Karena ribuan umat Islam yang berada di medan perang, hanya bersenjatakan pedang, bambu runcing, tombak, celurit, dan sejenisnya.
Meski ada juga tentara Indonesia yang membawa senapan. Sedangkan tentara Inggris datang dengan persenjataan lengkap dan modern.
KH.M Basori Alwi Murtadlo, pengasuh Pondok Ilmu Quran (PIQ) Singosari, Malang, Jatim. Jawa Pos Radar Malang secara khusus mewawancarai pelaku sekaligus
- Selamat, 12 Alumnus Akpol Bhara Daksa Masuki Purnabakti Tanpa Cacat
- Seluruh Honorer di Database BKN Diusulkan jadi PPPK 2024, Semoga Mulus
- Pendaftaran CPNS 2024 & PPPK Belum Tentu Juni, Piye to?
- 5 Berita Terpopuler: Ternyata Perincian Formasi Pendaftaran CPNS & PPPK Belum Beres, Ada 3 Kategori Ini
- YKMI: Kami Berharap Gerakan Dukung Kemerdekaan Palestina Menyebar ke Penjuru Indonesia
- 3 Kategori Orang Ini, Jangan Sampai Menjabat di Kabinet Prabowo-Gibran