Demi Jihad, Berangkat Sendirian Bawa Tombak

Demi Jihad, Berangkat Sendirian Bawa Tombak
Ratusan siswa SDN Bandunrejosari Malang memperingati Hari Pahlawan dengan kirim doa dan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Suropati (09/11). Foto: Darmono/Radar Malang/JPNN

Tetapi semangat jihad membela agama dan bangsa yang begitu kuat, membuat tentara Inggris keder. ”Mungkin mereka grogi dihadang begitu banyak orang,” ujar Kiai Basori.

Karena persenjataan yang tidak seimbang, banyak sekali mujahid yang gugur dalam medan tempur.

Tetapi itu sama sekali tidak menyurutkan semangat umat Islam untuk mengusir penjajah. Maka perlawanan pun terus dilakukan.

Dari sejumlah literatur, korban dari pejuang Indonesia berkisar 6.000-16.000 orang yang gugur. Sedangkan dari tentara Inggris sekitar 600-1.000 tentara yang mati.  

Setelah pertempuran 10 November, Kiai Basori kemudian pulang ke Singosari. Saat itu terjadi aksi bumi hangus.

Dia melihat bangunan-bangunan milik Belanda dibakar oleh masyarakat. Bahkan, bangunan di pinggir Jalan Raya Sigosari juga banyak yang dibakar.

”Nah rumah ayah saya saja yang tidak dibakar, karena dijadikan markas perlawanan. Rumah ayah itu kemudian menjadi Pondok Pesantren Ilmu Alquran (PIQ) saat ini,” terang kiai 6 anak tersebut.

Diceritakan Kiai Basori, ketika di Singosari, dia juga  sering melakukan perlawanan kepada Jepang.

KH.M Basori Alwi Murtadlo, pengasuh Pondok Ilmu Quran (PIQ) Singosari, Malang, Jatim. Jawa Pos Radar Malang secara khusus mewawancarai pelaku sekaligus

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News