Demo Ade Armando

Oleh: Dahlan Iskan

Demo Ade Armando
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Namun, dalam hal Saifuddin Ibrahim, Ade mengecam pendeta Kristen lulusan pesantren di Bima itu.

"Saifuddin itu dungu dan bodoh," kira-kira begitu pendapatnya. "Seharusnya Saifuddin hanya mengusulkan perbaikan tafsir Qur'an, bukan menghapus 300 ayat Qur'an-nya," ujarnya di suatu acaranya.

Ade juga tidak setuju penilaian Saifuddin bahwa pesantren sarang terorisme. "Mayoritas pesantren itu NU. Dan NU sangat moderat," katanya. "Kalau toh ada yang ekstrem itu minoritas," tambahnya.

Aneh, kata Ade, Saifuddin mengelu-elukan menteri agama sebagai orang yang moderat, tetapi menilai pesantren sarang ekstremis.

"Padahal menteri agama lulusan pesantren," ujar Ade. "Di mana logika pendeta Saifuddin," katanya.

Ade memang selalu mengibarkan bendera logika. Kalaupun sering kontroversial, itu demi menegakkan hukum logika, bahkan di channel-nya ia sudah melakukan disclaimer: yang tidak punya logika tidak usah menontonnya.

Maka di zaman medsos ini, di antara aktivis Islam liberal, Ade-lah yang kini paling menonjol. Ia gigih terus memperjuangkan jalan itu –atas nama intelektual dan bukan atas nama JIL.

Denny JA, tokoh jajak pendapat dan sastrawan puisi esai terkenal itu, juga masih sering menulis dengan misi yang sama. Namun, Denny tidak sefrontal Ade Armando.

Ade Armando kini menjadi pusat pemberitaan. Kasusnya menenggelamkan isu utama yang diperjuangkan mahasiswa: anti tiga periode dan turunkan harga-harga.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News