Demo Petani Kendeng di Istana Mengeksploitasi Perempuan

Demo Petani Kendeng di Istana Mengeksploitasi Perempuan
Demonstrasi menolak pendirian pabrik semen di wilayah Gunung Kendeng. Foto: Ist

jpnn.com, JAKARTA - Pemerhati anak dan perempuan Roostien Ilyas menilai, Koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng Joko Prianto telah mengeksploitasi kaum perempuan.

Pasalnya, dalam aksi yang digelar di depan Istana Negara, Jakarta, Senin (13/3) kemarin, Joko memposisikan perempuan sebagai ujung tombak dalam menyampaikan aspirasi.

"Perempuan ditugaskan untuk mencor kakinya dengan semen. Aksi itu tidak etis dan sangat terbalik dengan cita-cita Kartini. Sebagai aktivis perempuan, saya berpendapat hal tersebut bentuk eksploitasi bagi seorang perempuan," ujar Roostien di Jakarta, Selasa (14/3).

Menurut Roostien, aksi menyemen kaki bisa mengganggu reproduksi seorang perempuan. Sehingga bisa berdampak sulit mempunyai keturunan.

"Kalau pilihan mereka dalam aksi harus dengan menyemen kaki, kenapa pelakunya harus perempuan. Makanya saya berpendapat, ini bagian dari eksploitasi perempuan dan saya sangat menyayangkan hal ini, padahal masih banyak cara-cara lain," ucap Roostien.

Seharusnya kata Roostien, aksi apa pun harus didahului dengan diskusi dan ditinjau dari berbagai aspek. Bukan hanya aspek sosiologis cara yang dipakai dalam menyalurkan aspirasi, tetapi juga aspek medis psikologis yang ada.

Sebelumnya, petani dari kawasan Pegunungan Kendeng, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, menggelar aksi menyemen kaki di depan Istana Negara, Jakarta, Senin kemarin.

Aksi mereka lakukan sebagai bentuk protes terhadap izin lingkungan baru bagi PT Semen Indonesia yang ditanda tangani Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.(gir/jpnn)


Pemerhati anak dan perempuan Roostien Ilyas menilai, Koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng Joko Prianto telah mengeksploitasi


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News