Demokrasi Indonesia Kukuhkan Egoisme

Demokrasi Indonesia Kukuhkan Egoisme
Demokrasi Indonesia Kukuhkan Egoisme

JAKARTA - Mantan Presiden RI, Bacharuddin Jusuf Habibie mengatakan krisis bangsa ini terjadi karena luruhnya kesadaran akan keragaman dan hilangnya ruang publik sebagai ajang negosiasi dan ruang pertukaran komunikasi bersama atas dasar solidaritas warganegara. Sementara demokrasi, kata Habibie, kemudian hanya menjadi jalur antara bagi hadirnya pengukuhan egoisme kelompok dan partisipasi politik atas nama pengedepanan politik komunal dan pengabaian terhadap hak-hak sipil warganegara serta pelecehan terhadap supremasi hukum.

"Dalam perspektif itulah, reaktualisasi Pancasila diperlukan untuk memperkuat paham kebangsaan kita yang majemuk dan memberikan jawaban atas sebuah pertanyaan akan dibawa ke mana biduk peradaban bangsa ini berlayar di tengah lautan zaman yang penuh tantangan dan ketidakpastian?," tanya Habibie, saat berpidato memperingati 66 tahun Pancasila sebagai dasar filosofi dan pandangan hidup Indonesia Merdeka, di gedung MPR, Senayan Jakarta, Rabu (1/6).

Untuk menjawab pertanyaan itu, kita perlu menyegarkan kembali pemahaman bangsa terhadap Pancasila dan melepaskan Pancasila dari stigma lama yang penuh mistis bahwa Pancasila itu sakti, keramat dan sakral, yang justru membuatnya teraleinasi dari keseharian hidup warga dalam berbangsa dan bernegara. "Sebagai sebuah tata nilai luhur (noble values), Pancasila perlu diaktualisasikan dalam tataran praksis yang lebih ‘membumi' sehingga mudah diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan," kata Habibie.

Sejak 1998, kita memasuki era reformasi. Di satu sisi, kita menyambut gembira munculnya fajar reformasi yang diikuti gelombang demokratisasi di berbagai bidang. Namun bersamaan dengan kemajuan kehidupan demokrasi tersebut, ada sebuah pertanyaan mendasar yang perlu kita renungkan bersama: Di manakah Pancasila kini berada?

JAKARTA - Mantan Presiden RI, Bacharuddin Jusuf Habibie mengatakan krisis bangsa ini terjadi karena luruhnya kesadaran akan keragaman dan hilangnya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News