Depati Parbo dan Hikayat Perang Kerinci

Depati Parbo dan Hikayat Perang Kerinci
Patung Depati Parbo di pusat kota Sungai Penuh, Kerinci, Jambi. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com

Senarai hasil kajian itu ditulis Pak Is dibawah judul Depati Parbo—Pahlawan Perang Kerinci. Termuat di harian Pelita, edisi Selasa, 9 November 1976.

Haus Ilmu

Nama aslinya Mohammad Kasib. Lahir 1839. Anak Kerinci ini haus ilmu pengetahuan.

“Pada masa mudanya, dia mengembara ke sana kemari menuntut ilmu. Baik ilmu agama, ilmu adat dan segala macam,” kata Pak Is. “Ke mana-mana. Antara lain ke Tanjung Tanah (kawasan Danau Kerinci--red) bahkan juga ke Bangko. Di mana dia dengar ada guru, dia datangi.”

Kasib pun dikenal orang kampungnya sebagai anak muda bijaksana dan taat beribadah.
Berbekal pengetahuannya di bidang adat, ia pun dimajukan selangkah ditinggikan seranting.

Dinobatkan menjadi pemangku adat bergelar Depati Parbo. Depati merupakan gelar adat tertinggi di Kerinci. Mengemban tugas melindungi negeri.

Nah, sewaktu memimpin 30 hulubalang menyergap serdadu kompeni di Renah Manjuto, Kerinci bagian Selatan, Depati Parbo berusia 64 tahun.

Akibat sergapan itu, Belanda naik pitam. Sejurus waktu kemudian, Belanda datang lagi. Kali ini mereka menyerang Kerinci dari tiga penjuru. Indrapura, Muko-Muko dan Jambi.

Ratusan opsir Belanda disambut 30 hulubalang Kerinci pimpinan Depati Parbo di Renah Manjuto, Kerinci bagian Selatan. Kecamuk.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News