Desa Ledok Menatap Cerahnya Masa Depan

Desa Ledok Menatap Cerahnya Masa Depan
Foto: ist

jpnn.com - TAHUN 2006 data Badan Pusat Statistik (BPS) Blora mencatat jumlah penduduk Desa Ledok, Kecamatan Sambong, yang menempuh pendidikan dasar hanya 16 persen, tidak tamat SD 11 persen, dan tidak sekolah 23 persen. Jumlah penduduk Desa Ledok  sendiri ada sekitar 3,7 ribu jiwa dengan 800 kepala keluarga (KK). Suramnya wajah pendidikan desa beberapa tahun lalu diakui oleh Kepala SD Negeri I Ledok, Purwadi. Warga yang tidak mampu, tidak dapat menyekolahkan anak-anaknya karena penghasilan hanya dapat untuk memenuhi kebutuhan perut sehari-hari, tidak ada uang yang cukup untuk biaya pendidikan.

Warga Desa Ledok sebagian besar mencari nafkah dengan menambang minyak secara tradisional dan sisanya bekerja sebagai petani pada musim hujan. Pada musim kemarau, para petani beralih profesi menjadi pencari daun jati dan kayu bakar di hutan untuk dijual. Sebagian kaum lelaki Ledok  juga mengadu peruntungan ke Jakarta atau Surabaya, menjadi tenaga buruh kasar. Para petani musiman inilah yang seringkali mengalami himpitan ekonomi dan berimbas pada terpuruknya pendidikan anak-anak.

Namun itu hanyalah gambaran masa lalu. Desa Ledok kini tidak lagi suram. Setelah Pertamina dan Universitas Semarang “mengadopsi” desa tersebut menjadi Desa Binaan, warga dapat menikmati perbaikan di sektor pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Di bidang pendidikan, Pertamina memberikan bantuan pendidikan bagi warga Ledok untuk melanjutkan sekolah ke tingkat SMP maupun MTs serta membantu pengembangan perpustakaan sekolah. Untuk mendukung peningkatan kualitas belajar dan mengajar, para guru juga dibekali dengan berbagai pelatihan keterampilan mengajar. Hasil penelitian mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang menyebutkan program Desa Binaan ini berhasil mengurangi Angka putus sekolah (APuS) sebesar 1,33 persen, berhasil meningkatkan Angka Partisipasi Murni (APM) sebesar 3,76 persen, dan berhasil meningkatkan Anjut sebesar 24,00 persen.

Tidak hanya di bidang pendidikan, warga desa Ledok juga menerima bantuan untuk pembuatan kandang komunal (kandang bersama yang menyatukan sapi-sapi milik beberapa peternak) dan pemrosesan kotoran sapi menjadi biogas. Pemanfaatan biogas terus dirintis dengan tujuan jangka pendek harapannya dapat bermanfaat bagi warga yang ada di sekitar kandang komunal serta untuk warga yang lain.

Sementara bagi para ibu rumah tangga, diberikan bantuan alat  dan pelatihan pembuatan penganan dari bahan baku jagung yang memiliki nilai ekonomis, seperti gapit, emping jagung, dan krupuk jagung. Sehingga diharapkan ibu rumah tangga di Ledok kini dapat menjadi produsen penganan asal jagung yang bisa menambah pendapatan keluarga.  

Sugiyanti, salah satu ibu rumah tangga di Desa Ledok mengungkapkan, "Kelompok kami mendapatkan alat-alat seperti mesin selep tepung, spiner, oven, loyang, gilingan sistik, timbangan, dan kompor gas beserta tabungnya." Ia menyatakan, para ibu percaya diri karena mereka juga sudah berlatih cara berbisnis penganan, cara memasarkannya, hingga pembukuan sehingga dapat terdata pendapatan dan pengeluaran setiap pembuatan penganan.

Di bidang kesehatan, menurut Wahyu Puji Lestari, salah seorang kader Posyandu Desa Ledok, Pertamina juga memberikan bantuan berupa tempat mandi, cuci, dan kakus (MCK) dengan tujuan untuk menunjang perbaikan sanitasi desa. "Untuk posyandu, kami mendapat bantuan timbangan bayi, alat ukur bayi, dan buku-buku administrasi posyandu, sehingga memudahkan kader melakukan kegiatan dan masyarakat juga termotivasi menjadi aktif membawa anaknya ke posyandu. Jika dulu hanya sekitar separoh bayi, sekarang hampir semuanya bersedia datang ke posyandu," kata Wahyu Puji Lestari.

TAHUN 2006 data Badan Pusat Statistik (BPS) Blora mencatat jumlah penduduk Desa Ledok, Kecamatan Sambong, yang menempuh pendidikan dasar hanya 16

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News