Di Balik Bisikan Gaib: Mengurai Kompleksitas Psikologis Ibu dalam Tragedi Bekasi

Oleh: Dr. Geofakta Razali

Di Balik Bisikan Gaib: Mengurai Kompleksitas Psikologis Ibu dalam Tragedi Bekasi
Dr. Geofakta Razali, Departemen Komunikasi dan Pusat Studi Urban Universitas Pembangunan Jaya. Foto: Dokumentasi UPJ

Psikosis pasca-melahirkan, misalnya, adalah kondisi langka tapi serius yang bisa menyebabkan seorang ibu baru mengalami halusinasi atau delusi, termasuk mendengar "bisikan" yang menyuruhnya untuk menyakiti dirinya sendiri atau anaknya.

Kondisi seperti ini membutuhkan intervensi medis segera, namun sering kali terlewatkan karena stigma dan kurangnya kesadaran tentang kesehatan mental ibu.

Selain itu, tekanan sosiokultural terhadap perempuan, khususnya dalam peran mereka sebagai ibu, bisa sangat besar.

Harapan masyarakat yang tinggi terhadap ibu untuk selalu sempurna, berperilaku sesuai dengan norma-norma tertentu, dan mampu menangani semua tekanan tanpa keluhan, adalah beban yang berat.

Ketika tekanan ini menjadi terlalu besar untuk ditanggung, tanpa dukungan yang memadai, beberapa ibu mungkin menemukan diri mereka di tepi jurang keputusasaan.

Menghadapi realitas ini, kita harus bertanya kepada diri sendiri, apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah tragedi serupa terjadi di masa depan?

Solusi yang baik tidak hanya datang dari sistem kesehatan yang responsif, tetapi juga dari perubahan dalam sikap masyarakat kita terhadap kesehatan mental, terutama kesehatan mental ibu.

Peningkatan Kesadaran tentang Kesehatan Mental

Masyarakat perlu lebih terinformasi tentang kondisi kesehatan mental dan harus menghilangkan stigma yang sering kali mengelilinginya.

Seorang wanita berinisial SNF yang membunuh anaknya, AM, dengan 20 kali tusukan karena bisikan gaib, mengejutkan dan sekaligus mengundang banyak pertanyaan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News