Di NTT Internet Masih Susah, Kampanye Pilkada 2020 Daring pun Nyaris Tak Ada

Di NTT Internet Masih Susah, Kampanye Pilkada 2020 Daring pun Nyaris Tak Ada
Ilustrasi Pilkada 2020. Grafis: Ardissa Barack

Hanya saja dia tetap mengharapkan pasangan calon dan partai politik peserta Pilkada 2020 dapat melakukan kampanye secara daring, untuk menghindari penyebaran COVID-19.

Calon Bupati Sabu Raijua, Takem Radja Pono mengungkap pihaknya tidak bisa melakukan kampanye daring karena akses jaringan internet di daerah itu tidak mendukung.

"Selain itu, tidak banyak masyarakat di wilayah itu memiliki handphone jenis android untuk dapat mengakses internet," kata Takem.

Karena itu, pihaknya harus mengalokasikan waktu lebih banyak untuk bertemu dengan masyarakat pemilih dari satu titik ke titik yang lain, karena tidak bisa dikumpulkan dalam jumlah banyak sekaligus.

"Memang sungguh melelahkan, tetapi kami harus terus bergerak dari satu titik ke titik yang lain untuk bertemu pemilih, karena kami ingin masyarakat mendapatkan gambaran tentang visi, misi dan program kerja dan figur pemimpin mereka secara jelas sebelum menentukan pilihan," katanya.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Provinsi Nusa Tenggara Timur Abraham Maulaka mengakui, masih ada 645 titik wilayah di provinsi berbasiskan kepulauan itu saat ini yang tidak terjangkau sinyal telekomunikasi atau merupakan area blank spot.

Ia mengatakan, pemerintah telah berupaya mengatasi persoalan ini dengan menghadirkan infrastruktur Palapa Ring.

Namun, infrastruktur Palapa Ring saja tidak cukup karena perlu didukung dengan pembangunan tower atau Base Transceiver Station (BTS) yang mampu menjangkau hingga ke berbagai wilayah pelosok.

Pasangan calon peserta Pilkada 2020 di wilayah NTT kesulitan menggelar kampanye daring.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News