Di Penjara, Gulat Telepon Anak Buah Palsukan Kwitansi Rp1,5 Miliar

Di Penjara, Gulat Telepon Anak Buah Palsukan Kwitansi Rp1,5 Miliar
Gulat Medali Emas Manurung. Foto: Dokumen JPNN.com

Sementara Hendra tak bisa mengelak. Dalam persidangan itu, pria yang pernah jadi mahasiswa Gulat di Universitas Riau dan sudah bekerja di perusahaan Gulat sejak 2011, mengakui diperintah membuat kwitansi pinjaman sebesar Rp 1,5 miliar dari Edison.

"Benar Pak. Kemarin itu ada telrpon Pak Gulat, beliau tanya kabar saya, tanya pekerjaan semua. Setelah itu saya disuruh ke rumah ambil kwitansi dengan surat tanah 10 buah. Kalau kwitansi tidak ketemu buat saja yang baru. Setelah itu antar ke Edison Siahaan," kata Hendra.

Nah, soal pemalsuan tanda tangan Gulat oleh Mangara, Hendra juga membenarkan sudah diperintahkan Gulat. Mangara mendatangani karena dia lah yang bisa menyamai tanda tangan Gulat.

"Ada Pak. Akhir September. Terdakwa sudah ditahan Pak sekitar satu minggu. Tahu (itu Gulat) dari suaranya," jelasnya.

Saat ditanya Jaksa, Hendra juga mengaku pernah mengantar uang ke Jakarta, kepada Fuad yang dikenalnya sebagai pegawai Pemprov Riau. Tapi berapa jumlah uang dia tidak mengetahui.

Adanya uang keluar dari perusahaan Edison, dibenarkan kasir PT Citra Hokiana Triutama, Yulia Siahaan. Dia mengaku mendapat perintah dari Edison untuk mencairkan cek senilai Rp 1,5 miliar, kemudian diserahkan ke Edison.

"Saya tahunya disuruh Pak Edison buka cek 1,5 miliar. Urus ke bank dan serahkan ke Pak Edison. Itu sekitar bulan September, tanggal lupa," ujar perempuan yang sudah bekerja sejak 1997 di perusahaan Edison.

Dalam dakwaan Gulat diketahui pada 22 September 2014, Annas Maamun menghubungi Gulat dan meminta uang sebesar Rp 2,9 miliar terkait pengurusan usulan revisi perubahan luas bukan kawasan hutan di Provinsi Riau.

JAKARTA - Sidang perkara dugaan suap alih fungsi lahan perkebunan sawit di Provinsi Riau pada Kementerian Kehutanan kembali digelar Pengadilan Tipikor

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News