Di Rumah Guru Madrasah Ini Ada 107 Keris, Dua Tombak, Lima Pedang, Dua Trisula
Kolektor benda pusaka yang datang kepada pria yang sudah dikaruniai satu anak ini dari berbagai wilayah di Jawa Timur. Mulai dari Malang raya, Magetan, Jember, Kediri, Sidoarjo, Tuban dan Surabaya. Tidak butuh waktu lama untuk melakukan identifikasi. ”Hanya butuh waktu 5 menit melakukan identifikasi satu benda pusaka. Dan hasil identifikasi langsung diberikan dalam bentuk sertifikat,” terang Musryfin.
Dengan begitu, benda-benda bersejarah bisa teridentifikasi dengan baik. Baik jenis hingga pemiliknya. Bisa dilestarikan untuk diwariskan ke anak cucu Bangsa Indonesia. Sehingga barang bersejarah tersebut tidak akan musnah karena tergerus oleh perkembangan zaman.
Karena melestarikan budaya, Musryfin pun mendapat gelar Kanjeng Raden Tumenggung KH Mukhamad Musyrifin Pujo Reksobudoyo dari Karaton Surakarta Hadiningrat Jogjakarta pada bulan Mei Tahun 2014. Dan Musryfin pun setiap tahunnya menggelar kegiatan memandikan pusaka dan mengidentifikasi benda pusaka.
Selain itu, Musryfin juga tetap menjalankan tugasnya sebagai gutu di MA Bilingual sebagai guru olah raga. Dan tetap menjalankan aktifitas belajar mengajar dengan anak didik. Membagi waktu agar kedua profesi tersebut tetap berjalan.
”Untuk setiap harinya tetap menjadi guru. Setiap waktu luang dimanfaatkan untuk melestarikan budaya bangsa,” beber Musryfin.(*/bb)
KH Mukhamad Musryfin, guru Madrasah Aliyah (MA) Bilingual Kelurahan Dadaprejo Kota Batu. Pria yang akrab disapa Musryfin ini juga menjadi pentayuh
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor