Di Tengah Pandemi, Amerika dan PBB Terlibat Polemik soal Aborsi

Di Tengah Pandemi, Amerika dan PBB Terlibat Polemik soal Aborsi
Logo PBB. Foto: en.wikipedia.or

jpnn.com, NEW YORK - PBB pada Kamis (21/5) membantah tuduhan Amerika Serikat bahwa badan dunia tersebut memanfaatkan pandemi COVID-19 sebagai peluang untuk mempromosikan akses menuju aborsi melalui respons kemanusiaan terhadap wabah global mematikan tersebut.

PBB sedang mengupayakan rencana penanganan COVID-19 senilai USD 6,7 miliar (sekitar Rp 99,59 triliun).

PBB sejauh ini telah menerima USD 1 miliar(sekitar Rp 14,86 triliun), sebanyak USD 172,9 juta (sekitar Rp2,57 triliun) di antaranya didapat dari Amerika Serikat.

Data Reuters menunjukkan COVID-19 telah menginfeksi sekitar lima juta orang dan menyebabkan hampir 327.000 kematian di seluruh dunia.

"Tuduhan apa pun bahwa kami sedang memanfaatkan pandemi COVID-19 sebagai peluang untuk mempromosikan aborsi tidak benar," kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric.

"Saat kami mendukung layanan kesehatan, yang mencegah jutaan perempuan meninggal selama kehamilan dan persalinan dan melindungi masyarakat dari infeksi seksual menular, termasuk HIV, kami tidak berusaha mengesampingkan hukum nasional," katanya.

Dalam surat kepada Sekjen PBB Antonio Guterres pada Senin, penjabat Administrator USAID John Barsa mengatakan rencana badan dunia, yang diumumkan dua bulan lalu, menjadikan layanan kesehatan seksual dan reproduktif sama pentingnya dengan kerawanan pangan, layanan kesehatan esensial, gizi buruk, tempat tinggal dan sanitasi.

Washington telah lama menganggap "layanan kesehatan seksual dan reproduksi" sebagai kode aborsi.

Amerika Serikat telah menuduh PBB memanfaatkan pandemi COVID-19 untuk mempromosikan aborsi

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News