Dikecewakan Dunia Aktivis, Suciwati Membuka Usaha

Sebagian Keuntungan untuk Korban Pelanggaran HAM

Dikecewakan Dunia Aktivis, Suciwati Membuka Usaha
Suciwati di toko suvenirnya. Foto: Malang Post/JPNN.
Ya, itulah kesibukan terbaru Suciwati, janda almarhum Munir Said Thalib, tokoh pembela hak asasi manusia yang tewas diracun dalam penerbangan dengan maskapai Garuda Indonesia menuju Amsterdam, Belanda, pada 7 September 2004. Toko seluas 110 meter persegi itu telah dibuka selama sekitar satu bulan.

Toko tersebut memang dikonsep sebagai toko oleh-oleh dan suvenir. Karena itu, selain berbagai penganan dan batik khas Malang tadi, ada pula kaus yang lazim dijadikan buah tangan. "Kaus-kaus itu titipan Usman (Usman Hamid, ketua Kontras, organisasi yang dulu dipimpin Munir, Red)," tambahnya.

Keinginan membuka toko itu tidak datang dengan tiba-tiba. Suci "sapaan akrab wanita kelahiran Batu" itu sudah memendamnya sejak menikah dengan Munir pada 1996. Sebab, alumnus IKIP Malang tersebut sadar benar dengan posisinya sebagai istri seorang aktivis.

Sebisa-bisanya, dia harus berkomitmen mendukung idealisme Munir. Caranya, dengan membagi tugas. "Saya bergerak di bidang profit dan almarhum tetap konsisten di jalur idealismenya. Berapa sih penghasilan seorang aktivis," ujarnya.

Suciwati sengaja kembali ke Malang dan membuka usaha untuk menjaga jarak dengan banyak rekan aktivis yang dia nilai telah menggadaikan idealisme.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News