Dikotomi Militer-Sipil Sebaiknya jadi Mitos

Dikotomi Militer-Sipil Sebaiknya jadi Mitos
Dikotomi Militer-Sipil Sebaiknya jadi Mitos
Jatuhnya pilihan JK kepada Wiranto, kata Yuddy, semata-mata bukan karena dia tentara. Melainkan melalui sebuah penjajakan, sehingga ada kombinasi lengkap sipil-militer dan non Jawa-Jawa yang menjadi suatu pasangan nusantara. "Inilah konsep yang hendak dibangun oleh tim sukses JK-Win," ungkapnya.

Ditambahkan Yuddy, kecepatan dan ketepatan itu sendiri bukan semata-mata milik militer. Tapi itu juga soal karakter seseorang. "Kedislipinan dalam militer itu ada di karakter JK. Jadi bukan soal itu punya sipil atau militer," tukasnya.

Sementara itu, Ketua FPD Syarif Hasan mengatakan perlunya sedikit revisi soal pemerintahan militer. "Bukan pemerintahan militer, tapi bekas militer yang di pemerintahan. Jadi tetap saja pemerintahan sipil. Kalau lebih cepat lebih baik akhirnya kalah atau melanggar undang-undang, itu tidak menjamin lebih bagus," terangnya pula.

Disampaikan Syarif, yang penting itu adalah hasil. Menurutnya, SBY memang berlatar belakang militer-sipil, namun memiliki pemikiran bagaimana menempatkan militer menjadi lebih baik. "Dia adalah penggagas reformasi TNI, (juga) politik luar negeri dalam menyelesaikan konflik mengutamakan diplomasi," tambahnya.

JAKARTA - Soal dikotomi militer-sipil hendaknya jangan dipersoalkan lagi. Dikotomi tersebut jauh akan lebih bermanfaat bagi bangsa dan negara ini,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News