Dinkes Akui Penanganan DBD Lambat

Dinkes Akui Penanganan DBD Lambat
Dinkes Akui Penanganan DBD Lambat
Menurut Yuendri, rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungannya masing-masing juga memicu semakin meluasnya penyebaran penyakit. Akibatnya, jumlah penderita DBD bukannya menurun, justru bertambah setiap bulannya.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Murjani Sampit mencatat, terjadi tren peningkatan kasus DBD, yakni, pada November 2011 sebanyak 120 orang, meningkat menjadi 171 orang pada Desember, dengan jumlah korban meninggal selama 2011 sebanyak 7 orang. Kemudian, pada awal tahun hingga 22 Januari 2012, jumlah penderita DBD mencapai 67 pasien, dimana satu pasien meninggal dunia.

Serangan penyakit yang ditularkan melalui nyamuk aedes aegepty itu hingga kini masih mengancam keselamatan masyarakat. Akibatnya, status KLB belum bisa dicabut karena masih ditemukan penderita DBD.

Diberitakan sebelumnya, belum meredanya penyebaran wabah DBD disebabkan kurangnya peran aktif masyarakat memberantas sarang dan jentik nyamuk. Meski Dinkes dan Puskesmas sudah berupaya keras melakukan pengasapan atau fogging massal dan pembagian bubuk abate, namun upaya pencegahan itu belum membuahkan hasil maksimal karena belum diiringi kesadaran warga untuk membersihkan lingkungan.

SAMPIT – Kepala Dinkes Kota Waringin Timur (Kotim), Yuendri Irawanto mengakui penagangan penanganan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) terlambat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News