Disandera KKB Papua, Ibu Hamil Harus Keluar Kampung Sendiri

Disandera KKB Papua, Ibu Hamil Harus Keluar Kampung Sendiri
Kapolda Papua, Irjen Boy Rafli Amar dan Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI George E Supit menyalami anggota TNI yang tergabung dalam Operasi Satgas Terpadu Penanggulangan KKB. Foto: Mayer C Sarioa/Radar Timika

Satu peluru mengenai bagian atap kendaraan dengan nomor lambung 01-3447R tersebut.

"Kondisi cuaca saat itu berkabut sehingga tidak terlihat posisi dan siapa penembak kendaraan tersebut,'' tuturnya.

Pada hari yang sama, juga ada dua ibu yang turun dari Desa Kimbely. Salah seorang di antaranya, Alina Kogoya, sedang hamil sembilan bulan.

Dia ditemani saudaranya, Penina Pobogau. "Keduanya baru bisa turun setelah mendapat izin dari kepala suku dan KKB," ujarnya.

Awalnya, Alina hendak ditemani suami dan saudaranya. Namun, ternyata suaminya tidak mendapat izin dari KKB sehingga terpaksa tidak bisa mengantar istrinya yang dalam kondisi hamil besar.

"Suaminya balik ke desa lagi, dengan terpaksa. Hanya saudaranya bernama Penina yang mengantar. Itu pun sangat kasihan dengan membawa bayi usia 1 tahun," ungkapnya.

Distribusi sembako dari Polri-TNI ke dua desa yang tak jauh dari tambang PT Freeport Indonesia tersebut juga tersendat. Itu, kata Kamal, terjadi karena yang mengambil sembako hanya beberapa orang.

Padahal, kondisi alamnya tidak memungkinkan orang bisa membawa banyak sembako. "Sehingga kami khawatir kelaparan terjadi di kedua desa," lanjutnya.

Tim medis memilih meninggalkan desa yang disandera KKB Papua

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News