Diselamatkan Pabrik Jamu, tapi Kehilangan Ibu Selamanya

Diselamatkan Pabrik Jamu, tapi Kehilangan Ibu Selamanya
Surliyadin (kiri ) berusaha melewati point guard CLS Knights Dimaz Muharri pada Speedy NBL Indonesia Preseason Tournament Mangupura Cup 2014 di GOR Purna Krida Kerobokan, Badung, Bali, 13 Oktober lalu. Foto: Boy Slamet/Jawa Pos/JPNN.com

Selama empat tahun sejak 2008 hingga 2012, Itun berkiprah di Pimnad. Dia juga memperkuat Aceh saat berlaga di PON Riau 2012. Nah, saat mengikuti training center menjelang PON itulah, Garuda Kukar Bandung, salah satu tim NBL, menawarinya untuk bergabung. Kesempatan itu pun dimanfaatkan Itun untuk mencari pengalaman berlaga di liga profesional.

Namun, dia hanya setahun di Garuda. Pemain bertinggi 187 cm itu akhirnya memutuskan untuk pindah ke klub Bandung lainnya, JNE BSC Bandung Utama, pada musim 2013–2014. Di Bandung Utama itulah Itun mulai bersinar. Pemain yang doyan melakukan slam dunk tersebut menjadi salah satu bintang andalan serta mesin poin tim asal Kota Kembang itu.

Itun menyadari, tidak mudah bangkit dari bencana tsunami yang memaksa dirinya berpisah dari sang ibu untuk selamanya. Namun, bagaimanapun, dia harus bangkit. Hidup harus terus berjalan.

"Sepuluh tahun setelah tsunami Aceh, kami memang tidak bisa melupakan bencana itu. Tapi, buat warga Aceh, yang terpenting, kita terus berdoa dan membangun Aceh yang lebih baik dari yang sebelumnya," tuturnya.

"Saya percaya, di balik musibah, pasti ada hikmahnya. Buktinya, saya yang sebelumnya tidak mengenal basket kini bisa seperti ini berkat basket,’’ tandasnya.

Saat ini, Itun menjadi salah satu pemain bintang Bandung Utama. Musim lalu, dia menjadi pemain tersubur kedua di Bandung Utama dengan total mencetak 332 poin dari 31 pertandingan dengan persentase 10,7 poinper game.

Di luar lapangan, Itun menjadi salah satu figur yang dikenal banyak fans, khususnya para perempuan. Bahkan, wajahnya sempat menghiasi cover majalah kesehatan pria ternama, Men’s Health, edisi Maret 2014. (*/c5/ari)


BENCANA memang membawa kepedihan. Tapi, selalu ada hikmah di baliknya. Misalnya, yang dialami Surliyadin, salah seorang korban tsunami Aceh yang


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News