Ditahan di Pahit

Oleh: Dahlan Iskan

Ditahan di Pahit
Dahlan Iskan. Foto: disway.id

Terusan Suez pun buntu. Kebetulan bagian ini memang belum diperlebar. Yakni sejak dari mulut selatan (dekat kota kecil Suez) sampai Danau Pahit. Di bagian ini kapal-kapal besar harus berjalan hanya 8 knot/jam. Padahal kecepatan Ever Given 24 knot/jam.

Persoalannya: rekaman di sistem kapal itu menyebutkan bahwa saat kejadian di fajar 23 Maret 2021 itu Ever Given berjalan pada kecepatan 13 knot/jam.

Dengan kecepatan seperti itu kapal memang sulit dihentikan mendadak. Kapal bukanlah mobil yang bisa direm secara spontan –yang sampai menimbulkan suara berdenyit itu. Ever Given pun bisa direm. Tapi dengan kecepatan seperti itu dia baru bisa berhenti tiga kilometer di depan sana.

Kalau diukur dengan waktu kapal itu baru bisa berhenti empat menit setelah direm.

Seandainya pun kapten kapal Ever Given memerintahkan pengereman, kapal pun tidak akan bisa menghindar dari kejadian itu. Tepian Timur Terusan Suez bukan tiga kilometer di depan, tetapi hanya kurang dari 100 meter.

Dengan jarak sedekat itu, rem tidak ada gunanya. Apalagi memang tidak ada rem di sebuah kapal. Yang ada adalah baling-baling. Yang kalau diputar ke kanan kapal bergerak maju. Kalau diputar ke kiri kapal bergerak mundur. Atau sebaliknya?

Yang disebut rem kapal adalah mengubah arah baling-baling. Tapi harus ada instruksi dari kapten kapal di anjungan atas ke kepala kamar mesin di perut bawah kapal. Lewat sistem komunikasi antarmereka.

Baling-baling kapal Ever Given sendiri tak terbayangkan: panjang bilah baling-balingnya 9,6 meter. Ada enam bilah. Yang harus mengaduk air laut untuk bergerak maju atau mundur.

Ever Given. Ternyata kapal itu masih ditahan di Terusan Suez. Sampai sekarang. Urusan di Suez kelihatannya masih panjang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News