Diundang ke Prancis, Baju Dibikin Penjahit Terbaik Madura 



Diundang ke Prancis, Baju Dibikin Penjahit Terbaik Madura 


BUAH KETEKUNAN: Sri Fatmawati di depan markas UNESCO di Paris, Prancis. F-Any Rufaidah/Jawa Pos
Tampak di deretan kursi terdepan Dirjen UNESCO Irina Bokova dan Jean Paul Argon, CEO L"Oreal sekaligus ketua L"Oreal Foundation. 


Acara tahunan yang digagas perusahaan kosmetik L"Oreal dan UNESCO tersebut memberikan penghargaan kepada perempuan peneliti dari seluruh dunia untuk karya yang dianggap memberikan sumbangsih bagi ilmu pengetahuan, terutama sains dan lingkungan hidup. Mereka juga diharapkan bisa menjadi role model yang mendorong perempuan lain agar mau terjun di dunia riset yang selama ini didominasi kaum laki-laki. 


Ada dua jenis penghargaan yang diberikan. Penghargaan utama adalah laureates untuk peneliti senior. Lima pemenang dari lima benua. Selama 15 tahun program itu berlangsung, sudah dua laureate menerima penghargaan Nobel. Yakni, Elizabeth Blackburn dari Amerika Serikat yang menjadi laureates pada 2008. Dia meraih Nobel di bidang ilmu kedokteran. Setahun kemudian, Yonath dari Israel menerima Nobel di bidang kimia. 


Penghargaan di bawahnya adalah international fellowship untuk peneliti yang masih berusia kurang dari 35 tahun. Mereka mendapat beasiswa untuk melanjutkan penelitiannya di universitas yang sudah ditentukan penyelenggara. Tiap kontinen diwakili tiga pemenang. Fatma merupakan pemenang dari kawasan Asia Pasifik untuk kategori tersebut. Dia mendapat penghargaan bersama dua pemenang lainnya: Kanika Mitra dari Bangladesh dan Enkhmaa Davaasambuu dari Mongolia. 


Penelitian tentang sponge, binatang yang hidup di laut, membawa Sri Fatmawati SSi MSc PhD meraih penghargaan prestise di Prancis. Wartawan Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News