Doa Suku Shanenawa Saat Amazon Terus Membara

Doa Suku Shanenawa Saat Amazon Terus Membara
Warga suku Shanenawa menari bersama-sama dalam suatu upacara untuk menghormati alam dan memohon agar kebakaran hutan Amazon segera berakhir. Foto: ANTARA/REUTERS/Ueslei Marcelino/TM

jpnn.com, FEIJO - Saat ribuan titik api melahap Amazon, dan pemerintah Brazil tidak peduli, berdoa jadi satu-satunya yang bisa dilakukan suku asli penghuni hutan hujan terbesar di dunia itu. Mereka memohon perlindungan dari kehancuran dan keselarasan antara manusia dengan alam.

Masyarakat suku Shanenawa di Desa Feijo, Brazil menggelar ritual doa bersama, Minggu (1/9). Dengan wajah dicat, puluhan warga asli menari dalam lingkaran saat mereka berdoa agar kebakaran segera berakhir. "Kami ingin perdamaian dan cinta," kata Tekaheyne Shanenawa, seorang tetua Shanenawa, kepada Reuters

"Perdamaian, keharmonisan dan pendidikan akan menghentikan kebakaran yang telah merusak Amazon ini," tambah sang tetua.

BACA JUGA: Amazon Membara, Pemerintah Norwegia Kumpulkan Perusahaan-Perusahaan Besar

Puluhan ribu titik api bermunculan di Amazon selama musim kering tahun ini. Jumlah itu adalah yang terbanyak, setidaknya dalam satu dasawarsa terakhir. Sementara itu, Presiden Jair Bolsonaro justru terus berargumentasi bahwa hutan perlu dieksploitasi.

"Jika kebakaran terus seperti ini, dalam 50 tahun kita takkan lagi melihat hutan tersisa. Tanpa hutan, kami takkan bisa bertani, kami takkan bisa makan. Tanpa tanah kami, kami takkan bisa hidup," kata Bainawa Inu Bake Huni Kuin, tetua Shanenawa lainnya.

Kebanyakan wilayah Amazon berada di Brazil. Warga Shanenawa berjumlah sebanyak 720 orang dan tinggal di 23.000 hektar lahan hutan.

Reaksi keras atas musibah ini terus bermunculan dari berbagai pihak. Kecaman terutama ditujukan kepada pemerintah Bolsonaro yang selalu mengklaim tidak punya sumber daya untuk menjinakkan si jago merah. (Chaidar Abdullah/ant/dil/jpnn)


Saat ribuan titik api melahap Amazon, dan pemerintah Brazil tidak peduli, berdoa jadi satu-satunya yang bisa dilakukan suku asli penghuni hutan hujan terbesar di dunia itu


Redaktur & Reporter : Adil

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News