Dokumen Rahasia Bocor, Dosa Besar Militer AS di Suriah Akhirnya Terungkap

Dokumen Rahasia Bocor, Dosa Besar Militer AS di Suriah Akhirnya Terungkap
Pusat riset Syria hancur setelah dibombardir pesawat Amerika Serikat dan sekutunya, Sabtu (14/3). Foto: AP

jpnn.com, NEW YORK CITY - Militer Amerika Serikat menutupi dua serangan udara di Suriah pada 2019 yang menewaskan hingga 64 perempuan dan anak-anak dalam perang melawan ISIS, New York Times melaporkan pada Sabtu.

Kedua serangan udara itu dilakukan berturut-turut di dekat kota Baghuz atas perintah unit operasi khusus rahasia yang bertugas di Suriah, menurut surat kabar itu.

Menurut NYT, Komando Pusat AS yang mengawasi operasi udara AS di Suriah, mengakui serangan itu untuk pertama kali pekan ini dan membenarkannya.

Dalam pernyataan pada Sabtu, Komando Pusat mengulangi informasi yang diberikan kepada NYT bahwa 80 orang tewas dalam kedua serangan itu termasuk 16 petempur ISIS dan empat warga sipil.

Komando mengatakan tidak jelas apakah 60 korban lainnya merupakan warga sipil, karena perempuan dan anak-anak bisa saja menjadi petempur.

Dalam pernyataan itu, militer mengatakan serangan tersebut merupakan "upaya membela diri yang sah", proporsional dan bahwa "langkah-langkah yang tepat diambil untuk mengesampingkan keberadaan warga sipil".

"Kami membenci hilangnya nyawa manusia yang tidak bersalah dan mengambil semua tindakan yang mungkin untuk mencegahnya. Dalam kasus ini, kami melaporkan sendiri dan menyelidiki serangan tersebut berdasarkan bukti yang kami miliki dan bertanggung jawab penuh atas hilangnya nyawa secara tidak sengaja," kata Komando Pusat.

Jumlah warga sipil di antara 60 korban yang tewas tidak bisa dipastikan karena "banyak perempuan bersenjata dan sedikitnya seorang anak bersenjata teramati" dalam video peristiwa itu, kata militer seraya menambahkan mayoritas dari korban tewas kemungkinan adalah petempur.

Militer AS melakukan kesalahan serius di Suriah dan berusaha menutupinya, baca selengkapnya di sini

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News