DPRD Mengadu ke Komisi Kesehatan

DPRD Mengadu ke Komisi Kesehatan
DPRD Mengadu ke Komisi Kesehatan
‘’Pelayanan rumah sakit tidak bisa berjalan karena kekurangan dokter dan bidan. Untuk Jayapura, tidak ada satupun dokter spesialis. Jangankan dokter, kursi untuk mencabut gigi saja tidak punya. Kami sudah tanyakan masalah ini pada Kadis kesehatan dan masalahnya adalah tenaga operasional yang kurang. Karena kenyataannya memang tidak ada dokter yang mau ke daerah,’’ kata Yance.

Trotye Lena Korowa, anggota komisi C DPRD Jayapura, menambahkan fakta pelayanan kesehatan di Jayapura yang dinilai sangat tragis. Trotye mengatakan, karena minimnya sarana kesehatan, pasien di Jayapura yang membutuhkan pertolongan operasi, tidak bisa terlayani. Bahkan tidak sedikit, pasien yang terpaksa harus meninggal sia-sia hanya karena dokter yang tidak mau menjalankan operasi.

‘’Rumah sakit kami seperti Puskesmas. Alat-alatnya rusak. Dokter tidak mau operasi, katanya karena kekurangan alat. Pasien meninggal sia-sia sudah banyak. Kalau ada uang operasi bisa ke Makasar atau Jakarta. Tapi kalau tidak ada uang, terpaksa tinggal menunggu mati saja,’’ kata Trotye.

Di hadapan anggota komisi IX, dengan suara terdengar bergetar menahan haru, Trotye pun mempertanyakan janji-janji yang diberikan pemerintah pusat untuk memperhatikan masyarakat di daerah terutama di daerah perbatasan. ‘’Ada kami dengar gaung Desa Siaga, tapi hanya dapat kabarnya saja. Papua membutuhkan 2.000 sampai 4.000 bidan desa dan perawat, tapi tak pernah ada yang mau ditugaskan di Papua. Apakah Republik ini tidak bisa memberikan perhatian pada masyarakat Papua? Kami datang kesini, mengadukan nasib warga kami yang sangat minim dilayani kesehatannya,’’ kata Trotye.

JAKARTA--Perhatian pemerintah pusat terhadap daerah-daerah perbatasan, kembali dipertanyakan daerah. Terutama di bidang kesehatan yang langsung bersentuhan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News