Dua Anaknya Dinamai Seperti Nama Pesawat

Dua Anaknya Dinamai Seperti Nama Pesawat
Ratu Farihah di depan pesawat latih yang dipakai untuk training.
Ada perasaaan aneh yang dialami oleh seseorang setelah merasakan terbang. Bahkan ketika tidak bisa terbang, ada perasaan berdesir setiap kali melihat orang yang terbang. Apa pasal?

IWAN UNGSI- IMAM S., Jakarta

RATU Farihah mendapat julukan yang hebat: instruktur pilot wanita pertama di Indonesia. Namun, di balik itu, dia juga ibu rumah tangga biasa. Karena itu, saat Juanda Flying School (JFS), sekolah tempatnya mengajar yang berbasis di Bandara Juanda, Surabaya, tutup sebagai dampak krisis moneter pada akhir 1990-an, dia tetap berupaya cari penghasilan bagi keluarga.

Sebetulnya dia bisa pindah mengajar ke sekolah pilot yang ada di Jakarta. Namun, saat itu kedua anaknya masih kecil yang butuh perhatian darinya. Dia lalu  memilih wiraswasta. Mulai dari jual beli berbagai barang kebutuhan, usaha katering, hingga menjadi konsultan perusahaan telekomunikasi pembuat tower milik kerabat.

”Saya orangnya tidak bisa diam. Pasti ada saja yang saya kerjakan untuk mengisi waktu luang saya,” kata wanita kelahiran Jember, 10 April 1964.

Tatu, demikian dia dipanggil, mengakui sekitar delapan tahun menjadi ”gelandangan” pilot itu adalah saat yang berat. Terutama setiap kali melihat pilot Angkatan Laut yang bermarkas di dekat rumahnya di Surabaya terbang dengan pesawat latih jenis Skyhawk. Sebab, pesawat iyu  mirip dengan TB-9 Tampico, pesawat latih terbang di JFS yang biasa digunakannya.

Ada perasaaan aneh yang dialami oleh seseorang setelah merasakan terbang. Bahkan ketika tidak bisa terbang, ada perasaan berdesir setiap kali melihat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News