Duh, Garam Dapur Kok Impor ?

Duh, Garam Dapur Kok Impor ?
Duh, Garam Dapur Kok Impor ?
"Belum lagi soal Asean-China Free Trade Agrement, membuat Indonesia makin memburuk. Padahal jika melihat potensi yang dimiliki Indonesia, bisa menjadi akselerator untuk mengejar kemajuan yang telah dicapai Brasil, India, China," katanya.

Sementara Pakar Otonomi Daerah yang juga anggota tim penulis buku, Ryaas Rasyid menegaskan untuk mengubah nasib rakyat harus terlebih dahulu mengubah pemerintahan yang sedang berjalan. Sebab Indikator keberhasilan dari pemerintah yung berjalan  adalah apakah rakyat mengalami peningkatan kesejahteraan atau tidak. "karena, Nasib rakyat tidak semata-mata tergantung dari kondisi dan nasib," ujar Ryaas.

Sedangkan Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang memaknai kesejahteraan rakyat Indonesia dapat ditingkatkan bila koperasi-koperasi di Indonesia dikelola secara optimal. Ekonom dari Econit Hendri Saparini menyatakan persetujuannya bahwa kesejahteraan rakyat dalam konteks membangun republik ini terkait erat dengan kiprah koperasi. "Jangan malu untuk memajukan sistem koperasi di Indonesia. Koperasi memiliki bargaining position yang kuat terhadap industri pengolah bahan mentah," ujar Hendri.

Soegeng menambahkan, dalam buku yang disusun tim penulis Soegeng Sarjadi Syndicate, mengupas masalah pengembangan industri pertanian berbasis cluster. Penerapan sistem cluster ini, jelasnya, dilakukan dengan menciptakan sistem industri pertanian berdasarkan kelompok usaha. Mulai dari penyiapan bahan baku, proses industri, sampai penjualan produk pertanian. "Sistem ini adalah mensinergiskan kegiatan pertanian, dan proses industri dalam satu rantau produksi dan distribusi," lanjutnya.(lev/jpnn)

JAKARTA- Ini memang ironis. Tatkala sebagian besar, atau bahkan hampir semua petani garam Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan, pemerintah


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News