Dulu, Gurunya Bung Karno Juga Menyoal Harga Garam

Dulu, Gurunya Bung Karno Juga Menyoal Harga Garam
Petani garam di Madura pada zaman Hindia Belanda. Foto: Dok. Tropenmuseum.

“Politik garam bagi SI di Madura telah meminta korban, baik martabat maupun kepercayaan. Penundaan-penundaan dan ketidakpastian mengenai kenaikan itu agaknya telah menyebabkan erosi dalam keanggotaan SI,” tulis Kuntowijoyo.

Di samping itu, pada tingkat pemimpin telah timbul gesekan-gesekan. Hal ini, di antara alasan-alasan lain, menandai merosotnya SI di Madura pada 1920-an.

Harga garam menjadi 15 gulden tiap koyang, sebagaimana rekomendasi Volksrad pada 1918, baru terwujud pada 1923.

Apa boleh buat. Saat itu, asinnya harga garam sudah terlanjur membuat kepercayaan petani garam terhadap SI Madura berkarat. (wow/jpnn)

Baca juga: Krisis Garam Karena Ulah Kompeni 


ASINNYA harga garam sedang jadi buah bibir. Ini bukan perkara baru. Pada zaman kolonial, polemik garam pernah juga jadi isu utama. Tjokroaminoto,


Redaktur & Reporter : Wenri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News