Dulu Jadi Bahan Ejekan, Kini Role Model

Dulu Jadi Bahan Ejekan, Kini Role Model
GIGIH: Ilham Achmad Turmudzi bersama sang ibu, Siti Salsiah, di tengah puluhan medali dan piala yang menghiasi rumah atlet renang tunarungu itu. Narendra Prasetya/Jawa Pos/JPNN.com

Memang tidak mudah menumbuhkan bakat Ilham sampai bisa berprestasi seperti sekarang ini. Banyak hal yang membedakan dia dengan perenang normal pada umumnya. Saat turun di kejuaraan, misalnya. Dia butuh kilatan lampu blitz di dekat garis start sebagai ganti peluit atau suara tembakan tanda dimulainya lomba.

Menurut sang pelatih, David Firdaus, 32, Ilham termasuk perenang remaja yang prestasinya sangat cepat berkembang. David-lah yang selama ini menjadi motivator utama bagi Ilham. Dia mampu mengasah potensi Ilham meski dengan bahasa komunikasi apa adanya.

’’Saya hanya ingin memberinya kesempatan yang sama untuk berlatih, sama seperti yang dilakukan orang normal pada umumnya,’’ ungkapnya.

Memang, David perlu metode khusus dalam menyampaikan materi latihan di kolam renang. Instruksi kepada anak-anak asuhnya diberikan dua kali. Yang pertama untuk perenang normal, yang kedua khusus untuk Ilham. Yakni, menggunakan bahasa bibir dan bahasa isyarat.

Menangani Ilham, kata David, merupakan tantangan terbesar selama dirinya berkarir sebagai pelatih renang. Sebab, dia belum pernah menangani perenang tunarungu yang turun di kejuaraan yang diikuti para perenang normal.

’’Kuncinya, antara pelatih dan atlet saling percaya. Itulah yang membuat prestasi Ilham cepat berkembang,’’ tutur dia.

David yakin masih banyak anak berkebutuhan khusus yang memiliki potensi besar di bidang olahraga. Karena itu, dia berharap anak-anak yang diberi ’’anugerah’’ seperti Ilham tidak minder atau menyerah atas kekurangan fisik yang dimiliki.

’’Orang tua jangan malu atau merasa minder karena anaknya tidak normal. Padahal, kalau anak-anak itu diasah, potensi mereka akan terlihat. Tinggal nanti diarahkan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Ilham salah satu bukti konkret pengasahan potensi yang tidak kenal menyerah,’’ tandas David. (*/c5/ari)


’’Ma, mengapa aku tidak bisa lolos ke Tiongkok?’’ Pertanyaan itu mengusik pikiran Siti Salsiah, 46, akhir-akhir ini. Sebab,


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News