Dulu Kuli Batu Kini jadi Bos, Sudah Keluarkan Rp 2 M untuk Bangun Masjid

Dulu Kuli Batu Kini jadi Bos, Sudah Keluarkan Rp 2 M untuk Bangun Masjid
BERSAHAJA: Sucipto menunjukkan keripik singkong di pabrik miliknya, di Desa Talok, Kecamatan Turen, saat diwawancarai 21 Juni lalu. Foto: FALAHI MUBAROK/RADAR MALANG

Pekerjaan kasar itu ia lakoni sejak 1986. Dari pekerjaannya itu, Sucipto bisa memiliki tabungan sebesar Rp 90 juta di tahun 1997.

Tapi, alih-alih menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, maupun untuk modal usaha, Sucipto malah “membuangnya”.

“Saya mendapatkan petunjuk lewat mimpi. Dalam mimpi itu, saya diminta untuk membersihkan semua harta saya. Bahkan, istri saya juga bermimpi serupa,” ujar dia.

Bukan hanya uang Rp 90 juta saja, Sucipto juga memberikan seluruh benda yang ia miliki untuk fakir miskin.

“Kami lantas tinggal di rumah mertua. Untuk tidur, kami hanya menggunakan alas tikar,” kata pria yang sempat meramaikan penjaringan calon bupati Malang dari PDIP, 2014 silam itu.

Sementara untuk menyambung hidup, Sucipto memilih untuk bekerja sebagai kuli batu dan buruh tani. Pekerjaan itu ia lakoni selama lima tahun.

Hingga akhirnya, di tahun 2001, Sucipto mendapatkan ide untuk membuka usaha pembuatan keripik. Tekadnya bulat, meski ia tak memiliki cukup uang untuk memulai sebuah usaha.

Solusinya adalah pinjam sana-pinjam sini. “Saya ngebon bahan baku singkong dari petani. Minyaknya ngebon dari toko. Wajan penggorengannya juga pinjam, dari saudara,” kata pria 51 tahun ini.

Pabrik keripik singkong milik Sucipto ini barangkali menjadi yang terbesar di wilayah Malang Raya, bahkan mungkin di Jawa Timur. Kapasitas produksinya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News