Durian Nitrogen

Oleh: Dahlan Iskan

Durian Nitrogen
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Saya sengaja berbuka puasa sedikit saja kemarin: satu liter air-putih-hangat dan pisang kepok masak yang saya panggang di teflon.

Target setiap hari membaca Quran 1 juz sudah selesai sebelum azan magrib. Lalu akan ada buka puasa besar setelah itu: pesta durian.

Teman saya, pengusaha sandal, baru saja membuka Rodjo Durian di Duta Mas, Angke, Jakarta Barat.

Saya diantar teman saya, Liong, yang sengaja datang dari Surabaya: keluarga pabrik sepatu yang memproduksi sepatu AZA –singkatan Azrul Ananda, anak saya.

Belum lagi durian dibuka datang pula teman saya yang asal Medan. Namanya Venus Jong. Yang usahanya impor durian. Lalu datang lagi petani durian dari Tegal: Yanto Sodri. Ia pakai kaus hitam dan sandal butut. Di kausnya tertulis: Durian vs Everybody.

Lalu datang lagi teman baru, juga Tionghoa, asal Singkawang. Ia memperkenalkan diri: Ong Aman, pengusaha onderdil mobil mewah di Pluit.

Lalu memperkenalkan wanita berjilbab di sebelahnya: "ini istri saya," katanya.

Kami menarik tiga meja untuk dijadikan satu. Meja-meja lain sudah diduduki penikmat durian lainnya.

Sudah 20 tahun durian kita dijatuhkan martabatnya oleh Malaysia. Kita harus bangkit mengejar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News