Eka Eki

Oleh Dahlan Iskan

Eka Eki
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

"Iya. Afro American," jawab penjaga toko.

Beberapa saat kemudian datanglah pembeli yang lain. Juga membeli rokok mentol. Penjaga toko menceritakan apa yang baru terjadi.

"Lihat ini uang palsunya. Nyata-nyata palsu," katanya. "Tintanya masih mbleber-mleber," tambahnya.

Saya sendiri tidak tahu apa ya bahasa Inggrisnya mbleber-mleber. Namun itulah tafsir saya atas cerita penjaga toko kepada media di sana.

Ketika polisi merespons pengaduan ke 911 itu ditemukanlah mobil berhenti tidak jauh dari toko. Isinya dua orang kulit hitam. Salah satunya Floyd.

Polisi minta Floyd pindah ke mobil polisi. Menolak. Lalu diborgol. Dibawa ke arah mobil polisi. Floyd tidak membawa apa-apa --apalagi senjata.

Tidak jelas apa yang kemudian terjadi. Floyd ditelikung. Dijatuhkan ke tanah. Ditengkurapkan. Wajahnya menghadap ke bumi. Chauvin menekan leher Floyd dengan lututnya.

Floyd berteriak-teriak. "Tidak bisa bernapas, tidak bisa bernafas," Floyd mengiba. Lalu memanggil nama ibunya yang jauh di Texas --tiga jam penerbangan dari Minneapolis.

Wali kota Minneapolis memang tidak bisa ngamuk-ngamuk. Apalagi sambil menangis-nangis.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News