Ekonom Beberkan Penyebab Pembatasan BBM Bersubsidi, Ada yang Tidak Bisa Dinego

Ekonom Beberkan Penyebab Pembatasan BBM Bersubsidi, Ada yang Tidak Bisa Dinego
Ekonom LPEM UI menyebut jika harga migas naik dan BBM naik terus maka pemerintah tetap perlu mengeluarkan subsidi untuk masyarakat miskin dan rentan. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ekonom Lembaga Penyelidikan dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky menilai pembatasan penggunaan BBM bersubsidi akan meringankan beban fiskal dalam APBN.

Sebab, saat ini harga minyak dan gas dunia sedang naik.

"Kalau melihat kembali fungsi dari fiskal pemerintah itu, salah satu yang utama memberikan cover kepada masyarakat miskin dan rentan, ini bebannya cukup besar,” ujar Riefky di Jakarta, Selasa (12/7).

Dia menjelaskan yang dimaksud efisiensi anggaran adalah subsidi energi nantinya tidak melebihi target APBN yang sebesar Rp 208,9 triliun pada akhir tahun.

Namun, ia tidak memungkiri capaian di bawah target ini juga ditentukan oleh tinggi atau rendahnya harga energi di tingkat global.

Menurut dia, meskipun kondisi APBN saat ini relatif sehat karena tingginya penerimaan berkah dari kenaikan harga komoditas di tingkat global, pemerintah tetap perlu mengefisienkan anggaran lagi.

"Memang tekanan dari APBN itu relatif minim ketimbang di negara lain. Walaupun memang pemerintah tetap perlu mengefisienkan lagi," kata Riefky.

Selain meringankan beban fiskal, pembatasan penggunaan BBM bersubsidi bermanfaat untuk melindungi masyarakat miskin dan rentan. Hal ini adalah salah satu tujuan utama program subsidi.

Ekonom LPEM UI menyebut jika harga migas naik dan BBM naik terus maka pemerintah tetap perlu mengeluarkan subsidi untuk masyarakat miskin dan rentan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News