Ekspor Baja Terhalang Bea Masuk Tinggi

Ekspor Baja Terhalang Bea Masuk Tinggi
Ilustrasi baja. Foto: AFP

Dengan kondisi demikian, Hadi emngatakan, GDS yang saat ini memiliki kapasitas produksi 450.000 ton per tahun hanya fokus menggarap pasar domestik saja.

Namun, parahnya lagi, selain harus bersaing dengan industri baja dalam negeri, pihaknya juga bersaing dengan produk baja impor yang marak di pasar domestik.

“Harusnya (pemerintah) bersikap tegas. Kalau negara lain menerapkan bea masuk yang tinggi, maka Indonesia juga harus menerapkan hal yang sama untuk produk baja impor agar industri baja dalam negeri terlindungi. Namun selama ini bea masuk impor baja hanya 15 persen,” kata dia.

Meskipun kondisi market masih belum menggembirakan, namun pihaknya terus melakukan ekspansi dengan mengembangkan mesin produksi plate mill GDS -2.

Diharapkan, mesin produksi terbaru ini akan mulai produksi semester akhir tahun 2018 dengan kapasitas 1 juta ton per tahun.

“Tahun ini kami belanja modal (capex) sekitar Rp 120 miliar untuk melanjutkan pembangunan gedung dan pondasi plate mill GDS-2. Progres pembangunan saat ini sudah 52 persen,” tandasnya.

Terkait penjualan tahun ini, dia mengaku optimistis bisa mencapai Rp 909 miliar. Hingga 31 Maret lalu penjualan telah mencapai Rp 304 miliar atau 33 persen dari target.

Sementara target laba tahun ini sebesar Rp 45,5 miliar. Hingga akhir Maret lalu telah mencapai Rp 20,7 miliar. (han/hen)


Industri baja dalam negeri tampaknya masih harus berjuang lebih keras lagi untuk bisa tetap bersaing baik dipasar domestik maupun ekspor.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News