Empat Jenis Angin Setelah Subuh

Oleh Dahlan Iskan

Empat Jenis Angin Setelah Subuh
Dahlan Iskan bersama tiga finalis Tokyo-Tech Indonesia Commitment Award (TICA). Foto: disway.id

Lia adalah gadis kota kecil: Ponorogo. Ayahnya kerja mandiri: vulkanisir ban. Lia mengajukan penelitiannya: penggunaan plutonium yang lebih efisien untuk reaktor nuklir HTGR.

Sedang Elviliana mengajukan penelitiannya di bidang listrik: dari kulit pisang dan kulit kacang. Yang dimasukkan reaktor. Lalu diberi katoda dan anoda. Kesimpulannya: yang dari kulit pisang menghasilkan lebih banyak listrik. Dibanding yang kulit kacang.

Tapi Elviliana belum meneliti keekonomiannya. Misalnya: sama-sama satu ton kulit pisang, mana yang lebih banyak menghasilkan listrik: dengan cara dia itu atau dengan cara diambil gas metannya.

Nadhira, ITS, mengajukan penelitiannya di bidang deteksi logam berat. Menggunakan kulit semangka dan kulit jeruk.

Banyak pertanyaan sulit-sulit. Dari dewan juri. Salah satunya Dr Miftakhul Huda. Yang meraih gelar doktor pada umur 27 tahun. Di bidang nanotechnology.

Dr Miftakhul adalah anggota OPEC: Orang Pekalongan. Rumahnya dekat guru tasawuf Habib Luthfi. Dr Miftakhul sendiri kini menjadi ketua Nahdatul Ulama cabang Jepang.

Tahun depan tentu lebih banyak lagi peminat TICA. Rasanya PPI di universitas ini telah menemukan reputasinya.

Saya pun siap memberikan pijatan angin apa pun pada finalisnya. Tahun depan.(***)


Inilah pijat masal. Di dalam masjid. Bakda subuh. Khas masjid di Tokyo, Jepang. Di kompleks sekolah Indonesia. Milik kedutaan besar kita.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News