Empat Jenis Angin Setelah Subuh

Oleh Dahlan Iskan

Empat Jenis Angin Setelah Subuh
Dahlan Iskan bersama tiga finalis Tokyo-Tech Indonesia Commitment Award (TICA). Foto: disway.id

Mengapa? Agar tertular sistem manajemen Jepang. Yang penularan seperti itu penting. Tidak bisa didapat di bangku kuliah. S3 sekali pun.?

Proses penularan itu berbeda dengan proses pengajaran. Dalam proses penularan akan terjadi internalisasi pada sikap dan watak. Yang kemudian membentuk karakter.

Banyak pertanyaan subuh itu. Tapi waktunya terbatas. Saya harus segera memenuhi acara lain.

Sehari sebelumnya saya menghadiri acara TICA. Tokyo-Tech Indonesia Commitment Award. Yang diadakan Perhimpunan Pelajar Indonesia di situ: Tokyo Institute of Technology. MIT atau ITB-nya Jepang.

Acara itu diselenggarakan tiap tahun. Ini tahun kesembilan. Kian tahun kian menarik perhatian. Tahun ini ada 400 penelitian mahasiswa. Yang ikut kompetisi.

Tiga finalisnya diundang ke Tokyo. Ke acara ini. Selama empat hari.

Kali ini finalisnya cewek semua! Ampuuuun. Pintar-pintar. Cantik-cantik pula: dari ITB (Ayu Lia Pratama), dari Brawijaya Malang (Elviliana) dan dari ITS Surabaya (Nadhira Nurfathiya).

Juaranya yang dari ITB itu. Yang kuliah di jurusan fisika. Dia mengambil fisika nuklir.

Inilah pijat masal. Di dalam masjid. Bakda subuh. Khas masjid di Tokyo, Jepang. Di kompleks sekolah Indonesia. Milik kedutaan besar kita.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News