Erick Thohir & PSSI

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Erick Thohir & PSSI
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang juga kandidat ketua umum PSSI. Ilustrasi. Foto: Dok. Ricardo/JPNN.com

Oleh karena itu, muncul anggapan bahwa PSSI dipolitikkan untuk kepentingan mendongkrak popularitas Etho menuju Pilpres 2024.

Kemunculan Zainudin Amali juga menimbulkan pertanyaan. Sebagai menteri yang punya portofolio keolahragaan, seharusnya dia berada di atas semua olahraga, sehingga tidak perlu masuk menjadi pengurus salah satu cabor.

Zainudin beralasan bahwa sepak bola adalah olahraga paling populer di Indonesia dan digemari oleh 80 persen lebih penggemar olahraga Indonesia. Alasan yang tidak make sense.

Meskipun sepak bola olahraga paling populer, tidak berarti menpora harus menjadi pengurus PSSI. Di negara-negara Eropa, yang sepak bolanya sangat maju dan menjadi industri yang beromset miliaran dolar, tidak ada menteri yang menjadi pengurus sepak bola.

Alasan Zainudin cuma mengada-ada. Untuk memajukan sepak bola tidak perlu menpora harus masuk menjad pengurus.

Alih-alih memajukan sepak bola, keputusannya malah berpotensi menyebabkan benturan kepentingan di dalamnya. Cabang olahraga yang lain pasti iri.

Sepak bola memang olahraga paling populer, tetapi prestasi Timas Indonesia di kancah internasionalnya masih nol. Di tingkat ASEAN saja Indonesia sudah puasa gelar 30 tahun lebih, apalagi di level lebih tinggi.

Kalau mau mengangkat olahraga Indonesia di kancah internasional, seharusnya Zainudi Amali mau menjadi ketua cabang olahraga yang tidak populer, tetapi punya prestasi moncer di arena internasional. Misalnya, panjat tebing, yang sudah menghasilan juara dunia dari Indonesia.

Langkah Etho menuju PSSI 1 sulit terbendung. Kalau Istana sudah ikut campur, semua akan tergusur. Tantangan bagi Etho ialah membentuk kabinet PSSI yang kredibe.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News