Eriksen

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Eriksen
Christian Eriksen. Foto: Pool via REUTERS/Jonathan Nackstrand

Banyak suporter yang kecewa dan menganggap UEFA, otoritas tertinggi sepak bola Eropa rakus dan kemaruk uang.

Nyawa dianggap tidak penting, dan respek terhadap keselamatan pemain disepelekan karena tidak mau jadwal pertandingan terganggu karena harus melakukan rescheduling.

Kepentingan bisnis menjadi pertimbangan utama yang menjadi prioritas. Sementara nyawa dan keselamatan pemain hanya menjadi apendiks atau catatan kaki.

Terasa ada eksploitasi yang berlebihan dari otoritas terhadap pemain dan klub.

Dari perspektif inilah munculnya pemberontakan sejumlah klub yang menggagas Super League Eropa bisa sedikit dipahami.

Seharusnya UEFA menunjukkan respek yang lebih besar kepada Eriksen dan pemain-pemain lain yang mempunyai potensi penyakit jantung mematikan seperti Eriksen.

Contoh kasus pemain sepak bola yang kolaps karena masalah jantung dan akhirnya berhasil diselamatkan adalah Fabrice Muamba.

Dia kolaps saat membela Bolton Wanderers kontra Tottenham Hotspur di perempat final Piala FA pada 17 Maret 2012. Setelah insiden itu Muamba memutuskan gantung sepatu seumur hidup.

Seharusnya UEFA menunjukkan respek yang lebih besar kepada kejadian yang menimpa Christian Eriksen.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News