Evakuasi

Evakuasi
Pak Joko Widodo. Foto: Ricardo/JPNN.com

Organisasi Perdagangan Internasional, WTO, juga mengingatkan jangan sampai terjadi komersialisasi pandemi melalui perdagangan vaksin yang tidak fair. WTO mengingatkan bahwa diskriminasi vaksin akan memperlambat recovery dunia dari pandemi.

Diplomat dan ilmuwan hubungan internasional Singapura Prof. Kishore Mahbubani mengingatkan pentingnya "Great Convergence" di antara negara-negara kaya dan negara berkembang di dunia. Ibarat sebuah kapal, sekarang harus muncul kesadaran bahwa kapal besar sedang terancam oleh badai dahsyat.

Di masa lalu, orang bisa berpikir mencari keselamatan dengan masuk ke kabin masing-masing dan mengunci dari dalam. Dengan begitu mereka masing-masing merasa bisa aman, meskipun kapal besar akan tenggelam.

Di tengah dunia yang makin mengglobal seperti sekarang, pandangan sektarian dan parokial seperti itu tidak bisa dilakukan. Kalau semua orang masuk ke kabin masing-masing untuk menyelamatkan diri sendiri maka semua akan ikut karam ketika kapal besar tenggelam.

Kapitalisme global yang bersendikan persaingan bebas, tidak bisa lagi diandalkan untuk bisa menyelesaikan krisis besar ini. Mekanisme "tangan gaib" (invisible hand) yang selama ini dianggap sakti dalam mengatur mekanisme pasar, telah gagal membawa perbaikan.

Sebaliknya, kalau mekanisme pasar tangan gaib dipakai untuk mengatur distribusi vaksin maka yang terjadi adalah kehancuran bagi negara-negara yang tidak mampu. Kalau negara yang tidak mampu itu kolaps, maka akibatnya akan mengancam negara lain, dan pada akhirnya negara-negara kaya pun akan ikut ambruk.

Ketimpangan ekonomi global makin menganga. Sepuluh persen negara kaya menguasai 90 persen resource dunia. Negara kaya seperti Amerika menguasai sampai 90 persen paten dunia. Ditambah lagi dengan hak lisensi yang 95 persen mengalir ke Amerika.

Para pengecam globalisasi menyebut lembaga internasional seperti IMF, WTO, dan Bank Dunia sebagai representasi penjahat internasional, karena mereka menjadi kaki tangan negara-negara maju.

Jepang memutuskan untuk mengevakuasi warganya dari Indonesia untuk alasan keselamatan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News