Fadel Muhammad: Bisnis Pangan Middleman Mencederai Keadilan

Fadel Muhammad: Bisnis Pangan Middleman Mencederai Keadilan
Fadel Muhammad. Foto: dok.JPNN.com

Fadel pun menjelaskan tata niaga beras secara terperinci. Menurutnya, untuk memproduksi padi 79,3 juta ton gabah kering giling atau 46,1 juta ton beras setahun diperlukan biaya sekitar Rp 278 triliun dan petani memperoleh margin Rp 65,7 triliun. 

Sedangkan pada sisi hilir, konsumen membeli beras kelas medium rerata saat ini Rp 10.582 per kilogram atau setara Rp 488 triliun. Bila konsumen membeli beras premium, angkanya jauh lebih tinggi lagi.

"Sementara pedagang perantara atau middleman setelah dikurangi biaya prosesing, pengemasan, gudang, angkutan dan lainnya memperoleh profit margin Rp 133 triliun," terangnya.

Fadel menekankan distribusi profit margin antarpelaku ini jelas tidak berkeadilan. Pasalnya, keuntungan produsen Rp 65,7 triliun ini jika dibagi kepada 56,6 juta anggota petani dari 14,1 juta rumah tangga petani padi, maka setiap petani hanya memperoleh marjin Rp 1 hingga Rp 2 juta per tahun.

Sementara setiap middleman menikmati ratusan juta setahun jauh di atas profit normal, sedangkan konsumen dirugikan menanggung harga tinggi. 

"Ini tidak adil dan berimbang karena profit petani sangat tipis dari jerih payah di sawah disengat matahari selama 120 hari dari tanam hingga panen padi, belum lagi risiko gagal panen. Sementara middleman sebagai avalis meraup untung besar dalam waktu singkat dan minim risiko," tegasnya.

Oleh karena itu, Fadel berharap petani jangan dijadikan sebagai objek dan dikorbankan. Akan tetapi, petani harus diciptakan keseimbangan manfaat wajar antarpelaku.

Dengan begitu, petani memperoleh harga dan marjin yang layak, middleman mendapat normal profit dan konsumen menikmati harga lebih murah.

Ketua Umum Masyarakat Agribsinis dan Agroindustri Indonesia (MAI) Fadel Muhammad ikut angkat suara tentang penggerebekan gudang beras PT IBU di Bekasi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News