Fahri Pengin Prabowo Beber Prediksi RI Bubar di Debat Capres

Fahri Pengin Prabowo Beber Prediksi RI Bubar di Debat Capres
Fahri Hamzah dalam jumpa pers. Foto: M Fathra/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fahri Hamzah mengharapkan berbagai kritik yang dilontarkan Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto bisa menjadi bahan untuk debat antar-calon presiden pada Pemilu 2019.

Menurut Fahri, kritik Prabowo soal prediksi Indonesia akan bubar pada 2030 ataupun kegeramannya terhadap para elite tentu didasari pada pengalaman dan perasaan mantan komandan jenderal (Danjen) Kopassus itu selama ini.

“Mungkin dia punya definisi lain tentang pengalaman-pengalaman yang dia hadapi. Mungkin itu bisa menjadi tesis dalam  dialog dan debat antara calon presiden kalau Pak Prabowo maju,” kata Fahri di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (2/4).

Fahri menambahkan, dalam debat antar-capres itu pula Prabowo jika kelak memang maju bisa mempertanggungjawabkan berbagai pernyataannya. Mantan wakil sekretaris jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menegaskan, harus ada penjelasan lanjutan terkait kalimat-kalimat Prabowo tersebut. “Jadi, ini harus diteruskan,” tegasnya.

Fahri mengaku tidak ingin Prabowo seperti pemimpin yang melempar isu besar kemudian tidak diteruskan. Dia mencontohkan, ada pemimpin yang menganggap seolah-olah Indonesia terancam secara ideologis, memisahkan agama dan politik, serta lainnya.

“Itu tidak diteruskan debatnya padahal kita ingin juga sebagai rakyat menonton perdebatan yang berisi dari para pemimpin yang punya tesis-tesis besar,” sindir Fahri.

Sedangkan pernyataan Prabowo soal prediksi Indonesia bubar 2030 ataupun tentang elite-elite yang tak bertanggung jawab, kata Fahri, sangat menarik untuk diperdebatkan.

“Termasuk kalau bisa Pak Prabowo dan Jokowi (Joko Widodo) sebagai mainstream dari politik pilpres kita harus mulai berdebat soal itu,” ungkapnya.

Fahri Hamzah meyakini pernyataan-pernyataan Prabowo Subianto seperti prediksi Indonesia bubar yang jadi polemik di publik bukan demi mendongkrak popularitas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News