Faktor Human Error Mencuat

Gunung Salak, Rute Pilihan Pilot

Faktor Human Error Mencuat
Sri Pujiyanti mendekap Nunuk, tantenya saat menunggu kabar suaminya, Anthon Dariyanto di bandara Halim Perdanakusuma, Kamis, 10 Mei 2012. Foto: Dhimas Ginanjar/Jawa Pos
1. Mengapa instrumen Ground Proximity Warning System (GPWS) atau alat pendeteksi ketinggian, minimum obstacle clearance altitude (MOCA), minimum off route altitude (MORA), dan theater airborne warning system (TAWS) tidak memberitahu pilot pesawat bila sudah terlalu dekat dengan daratan, melenceng dari rute penerbangan, dan ada hambatan/tebing gunung di jalur penerbangan?

2. Mengapa peralatan emergency location beacon-aircraft (ELBA)" atau emergency locator transmitter (ELT) yang menunjukkan posisi pesawat saat kecelakaan tidak memancarkan sinyal darurat?

3. Mengapa pilot meminta izin menurunkan ketinggian dari 10 ribu meter menuju 6 ribu meter dan sebelum dijawab ATC Bandara Soekarno Hatta posisi pesawat sudah berada di ketinggian 5.400 meter?

4. Mengapa manifes penerbangan yang berisi daftar penumpang pesawat tidak ditinggal di bandara, namun dibawa penumpang ikut dalam penerbangan?

PENYEBAB joy flight SSJ100 menjadi deadly flight mulai terungkap. Terutama, kenapa penerbangan kedua tersebut mengambil rute Bandara Halim Perdana


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News