Fenomena Santri Bergabung PSI: Kemunduran atau Kemajuan?

Oleh: Diva Wahyu Eka Permatasari

Fenomena Santri Bergabung PSI: Kemunduran atau Kemajuan?
Koordinator kajian politik di Forum Diskusi Demokrasi Diva Wahyu Eka Permatasari menganalisa fenomena gelombang santri bergabung dengan PSI. Foto: dok pribadi for JPNN

jpnn.com - Perpaduan antara agama dan politik selalu menjadi topik hangat di Indonesia. Beberapa waktu lalu, muncul fenomena menarik di mana ratusan aktivis Forum Komunikasi Santri Indonesia (FOKSI) resmi bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Mereka memutuskan bergabung dengan alasan PSI dan santri memiliki garis kesamaan perjuangan.

PSI, yang dikenal dengan pendekatan berpolitik yang santun dan modern dan saat ini tengah dinakhodai oleh Kaesang Pangarep memang menarik bagi banyak kalangan, termasuk santri.

Namun, pertanyaan muncul apakah keterlibatan santri dalam politik modern seperti PSI adalah tanda kemajuan atau kemunduran bagi tradisi santri dan pesantren di Indonesia.

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu memahami konteks budaya dan sejarah pesantren di Indonesia. Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional yang memiliki peran penting dalam menyebarkan ajaran Islam dan membentuk karakter masyarakat.

Pesantren dikenal luas sebagai institusi yang mengajarkan nilai-nilai keagamaan, etika, dan moral kepada para santri. Tradisi ini telah berlangsung selama berabad-abad dan memiliki pengaruh yang kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kita telah menyaksikan perubahan dalam cara sebagian santri melihat dan berpartisipasi dalam politik.

Mereka bergabung dengan partai politik seperti PSI yang menawarkan pendekatan yang lebih modern dan santun dalam berpolitik.

PSI, yang dikenal dengan pendekatan berpolitik modern dan saat ini tengah dinahkodai oleh Kaesang Pangarep memang menarik bagi banyak kalangan, termasuk santri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News