Festival Setara Oktoberfest, Bebas Minum sampai Mabuk
Sabtu, 11 Juni 2011 – 08:08 WIB
"Ini adalah pabrik tua. Kebanyakan alat yang digunakan juga masih berusia cukup tua. Tapi, mereka bisa bekerja dengan maksimal," terang Leng Xue, salah seorang pekerja pabrik yang sekaligus bertugas menjaga museum bir.
Museum bir? Ya, bukan hanya pabrik yang ada di bawah tetenger tiga kaleng raksasa itu. Di samping kanannya ada museum bir yang diklaim sebagai yang pertama sekaligus satu-satunya di seantero Tiongkok. Museum tersebut baru didirikan pada 2003 setelah beberapa negara besar di dunia semakin mengenal minuman beralkohol produksi kota di pesisir Laut Kuning itu.
Melalui museum tersebut, siapa saja tak hanya bisa menapaktilasi sejarah bir tertua di Tiongkok yang kini diproduksi 2 ribu ton per hari itu. Tapi, sedikit banyak mereka sekaligus bisa menyimak rekam jejak Qingdao hingga akhirnya terpilih sebagai kota paling layak huni di seantero Tiongkok pada 2009 versi The Chinese Institute of City Competitiveness.
Bangunan museum itu merupakan bangunan pabrik Tsingtao saat kali pertama dibangun orang-orang Jerman. Secara umum bentuknya masih asli, meski sudah ada perbaikan di beberapa sisi.
LEWAT pabrik dan museum bir di Beer Street Qingdao, bisa disimak pertumbuhan kota tersebut hingga menjadi kota paling layak huni di Tiongkok. Berikut
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor