Food Estate, Mengubah Semak Belukar menjadi Lahan Produktif

Food Estate, Mengubah Semak Belukar menjadi Lahan Produktif
Program Food Estate akan berhasil bila mendapatkan dukungan dari pemerintah dan masyarakat. Foto: Humas Kementan.

“Saya melihat apa yang ada di lahan Food Estate ini adalah luar biasa. Sekarang ini hanya tinggal memenuhi suplai air pagi dan sore serta mempertahankan unsur hara dan perawatan yang cukup,” paparnya.

Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr Ir. Abdul Rauf, MP menilai bahwa mengubah alang-alang menjadi areal pertanian adalah buah keyakinan dan ketelatenan.

“Memang perlu serangkaian perlakuan mulai dari perawatan tanah. Tanah di sini rata-rata bersifat masam maka perlu dinetralkan dengan dolomit. Tanahnya perlu ditambahkan unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan sayuran seperti bawang merah, bawang putih dan kentang,” ujarnya yang hadir bersama-sama Noverita.

Profesor ilmu tanah ini juga menyebutkan bahwa semak belukar yang terdiri dari tanaman pakis ini juga memiliki sifat dasar membunuh tanaman lain di luar ekosistemnya.

Ia menjelaskan pakis ini memiliki zat alelopati yang merupakan senyawa beracun.
Sifatnya asam yang dapat membunuh tanaman selain golongannya karena dianggap lawan, termasuk tanaman alang-alang lainnya.

Seperti yang dilihat ini, tumbuhnya merana. Jadi seharusnya yang dapat bertahan hidup hanya tanaman tahunan seperti kopi atau cokelat. Sehingga apabila sayuran dapat tumbuh maka ini hal yang luar biasa. Di sinilah letaknya peran teknologi pertanian,” paparnya.

Melihat kondisi pertanaman yang ada di lahan, kedua Guru Besar ini menyarankan terus dilakukannya perawatan hingga masa panen.

Tanaman yang sekarang ini berkembang memang belum semuanya tumbuh optimal, misalnya saja bawang merah.

Dua guru besar memberikan dukungan dalam pengembangan program Food Estate, salah satunya di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News