Freeport Stop Produksi

Freeport Stop Produksi
Freeport Stop Produksi
Sementara itu, Sinta Sirait menyampaikan, pada awal pemogokan karyawan, perseroan tetap memproduksi konsentrat namun jumlahnya turun dari 230 ribu ton per hari menjadi 180 ribu ton per hari atau hanya 75 persen dari total kapasitas. ’’Proses pengiriman masih berjalan. Tapi karena ada pemotongan pipa yang menjadikan ada kerusakan, kita akan evaluasi, apakah dihentikan atau tidak,’’ ujarnya.

Freeport memproduksi 220 ribu-230 ribu ton bijih per hari yang berasal tambang terbuka di Grasberg dan bawah tanah, deep ore zone (DOZ). Bijih dari lokasi tambang itu lalu dibawa ke pabrik pengolahan di Mil 74, Mimika, untuk diolah menjadi konsentrat dengan rata-rata produksi 6 ribu-7 ribu ton per hari. Kemudian, konsentrat yang masih basah dialirkan melalui pipa ke pelabuhan sepanjang 114 km. Di pelabuhan, konsentrat dikeringkan sebelum dikirim ke para pembeli. Dari data 2010, setiap ton bijih mengandung 8 kg tembaga dan 0,91 gram emas.

Sejauh ini pembicaraan antara Freeport dan Serikat Pekerja PTFI belum menemukan titik temu. Massa yang kesal lalu melakukan pemblokiran jalan menuju port site dengan menggunakan alat berat grader. Selain pemblokiran jalan, mereka juga menguasai kantor check point 1 Mil 27. Sinta mengaku, pihaknya siap melakukan perundiangan. “Jika situasi kondusif, kami siap dilakukan perundingan,” katanya.

Selain menyebabkan terhentinya operasi tambang, aksi pemalanngan jalan di Mil 27 oleh warga dan pekerja Freeport menyebabkan tersendatnya pasokan avtur untuk Bandara Moses Kilangin, Timika. Sehingga, pesawat komersial yang melayani penerbangan ke Timika rata-rata mengisi bahan bakar di tempat lain.

JAKARTA–Sejumlah fasilitas PT Freeport Indonesia (PTFI) dirusak sejumlah massa. Akibatnya, operasi perusahaan tambang asal Amerika itu dihentikan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News