Frekuensi Berpindah Tangan, Negara Harus Lakukan Pencabutan
Kamis, 23 Februari 2012 – 17:44 WIB

Frekuensi Berpindah Tangan, Negara Harus Lakukan Pencabutan
Karena itu, pengaturan frekuensi harus dilakukan, hanya oleh satu orang atau satu badan hukum di satu wilayah siaran maupun di beberapa siaran di seluruh Indonesia. Demikian halnya dengan izin frekuensi tidak bisa dipindahtangankan, dan kalau itu terjadi maka negara harus mencabut kembali frekwensi tersebut.
"Di dunia internasional, satu grup usaha hanya memiliki satu frekuensi, dan tidak bisa dipindahtangankan. Di sini malah sebaliknya, dan dibiarkan oleh negara. Karena itu negara harus mencabut kembali frekwensi yang dipindahtangankan itu dan pihak yang terlibat harus dipidanakan sesuai uu" katanya.
Prof Priyatna mengingatkan bahaya di balik karut-marut penyiaran di Indonesia yang dikuasai sekelompok pengusaha adalah masuknya kekuatan penyiaran asing dari berbagai sudut tanpa terkendali dan menjadi ancaman seirus bagi stabilitas nasional. "Dampaknya, keamanan dan kebutuhan nasional akan informasi yang tepat dan benar tidak dapat dijamin," katanya.
Hal senada disampaikan Effendy Choirie. Politisi PKB yang juga anggota Komisi I DPR RI mengatakan, UU Penyiaran adalah inisiatif DPR RI untuk membuat UU yang adil, demokratis, dan sehat.
JAKARTA - Mantan Direktur International Institute of Space Low (IISL), Paris, Prancis, Prof Dr H Priyatna Abdurrasyid, berpendapat UU Nomor
BERITA TERKAIT
- Pemprov Jateng: PLTS Off-Grid Bebas Dipasang Mandiri Tanpa Tergantung PLN
- Vasektomi Menjadi Syarat Penerima Bansos Berpotensi Pidana
- Haidar Alwi Nilai Jenderal Listyo Sigit Kapolri Terbaik Sepanjang Masa
- Ketum PITI Ipong Hembing Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran Tetap Harmonis
- Liburan Tanpa Izin, Bupati Indramayu Bakal Magang di Kantor Kemendagri
- Stok Beras Melonjak, Waka MPR: Komitmen Presiden Prabowo Langsung Dibuktikan