Gading Wulan

Oleh: Dahlan Iskan

Gading Wulan
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Sang kakak sendirian. Tidak mau kawin. Tidak ada yang merawat. Maka Wulan ingin merawatnya. Apalagi dia juga seorang dokter.

Dalam perjalanan Wulan jadi dokter dulu, kakaknyi yang menemani sang ibu. Pun ketika Wulan bertugas bertahun-tahun di wilayah nun jauh. Sampai sang kakak tidak kawin.

"Kakak saya tidak mau kawin dengan alasan sayang ibu dan harus merawat ibu," ujar Wulan mengutip pengakuan sang kakak.

Begitu parah kanker pita suara itu. Lalu muncul jaringan-jaringan tumor. Menggumpal sebesar bola pingpong. Sampai tidak bisa bernapas. Leher itu harus dilubangi. Agar bisa bernapas.

Berbagai obat sudah tidak mempan. Setelah dibiopsi jelaslah: itu kanker ganas. Harus dioperasi.

Sang kakak menolak operasi. Pun setelah dirayu dengan berbagai cara. Tapi ia mau kalau ''hanya'' dikemo.

Kemo pun tidak mengatasi. Padahal sudah ia jalani dua seri. Tidak juga membaik. Bahkan tubuhnya melemah.

Dalam keadaan lemah itu ia menulis untuk Wulan. "Saya mau hidup," tulis sang kakak. Ia memang sudah tidak bisa mengeluarkan suara, tetapi ia masih bisa menulis.

Dia seorang dokter. Spesialis patologi klinis. Namanyi: Wulan. Sudah menjelajah daerah yang paling dihindari seorang dokter baru: Papua.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News