Garda Depan Desak KPU Diaudit dan Bentuk TPF

Garda Depan Desak KPU Diaudit dan Bentuk TPF
Kantor KPU. Foto: JPG/JPNN.com

Menurut Lieus, indikasi adanya kecurangan itu semakin mencolok mata ketika sudah lebih dari sepuluh hari sejak pencoblosan Pemilu 2019.

Dia mengaku, menemukan banyak sekali jumlah perolehan suara di dalam Situng KPU yang tidak sesuai dengan data formulir C1.

"Tragisnya, yang jumlahnya selalu kurang adalah suara pasangan capres dan cawapres 02, sedangkan suara pasangan capres dan cawapres 01 terus bertambah," ungkap Lieus.

Selain itu, kata Lieus, Tim IT Garda Depan menemukan banyak sekali penambahan suara yang jumlahnya tak masuk akal untuk pasangan capres dan cawapres Joko Widodo (Jokowi) - Ma'ruf Amin. Penambahan itu, menurut dia, sangat berbeda jauh dari angka yang ada di formulir C1.

"Bayangkan, bagaimana suara pasangan capres dan cawapres Prabowo - Sandiaga di Aceh, yang merupakan basis pemilihnya, bisa berubah signifikan di real count KPU. Seperti di Sumatera Barat, di Aceh suara untuk paslon 01 di tak sampai puluhan persen," ungkap anggota BPN Prabowo-Sandi ini.

BACA JUGA: Pelapor Dugaan Politik Uang Merasa Terancam, Lapor ke Polda Sumsel

Lieus berharap, KPU tidak curang selama proses Pemilu 2019 ini. Kecurangan akan berdampak besar bagi negara. Pemimpin Indonesia mendatang akan kehilangan legitimasi.

"Ya, karena kecurangan-kecurangan yang dilakukan secara sistemik dan massif ini," pungkas dia. (mg10/jpnn)


Komando Garda Depan mengaku menemukan banyak jumlah perolehan suara di dalam Situng KPU yang tidak sesuai dengan data formulir C1.


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News