Gelombang Tinggi Menahan Ratusan Wisatawan di Karimunjawa

Gelombang Tinggi Menahan Ratusan Wisatawan di Karimunjawa
Elika Boscha, pengunjung Karimunjawa asal Jogjakarta, sedang menikmati suasana hutan bakau di Kemujan, Karimunjawa, belum lama ini. Foto: DOK. PRIBADI

Dari 260 orang yang diangkut KMP Siginjai kemarin, mayoritas adalah para wisatawan yang sempat tertunda kepulangannya. Sisanya warga Karimunjawa yang hendak ke Jepara dan sekitarnya.

”Ketika pelayaran dari Karimunjawa ke Jepara ditutup itu, kami malah tengah berada di Pulau Kemujan,” kata Bima Ksatria, peneliti asal Jogjakarta.

Kemujan adalah satu di antara lima pulau berpenghuni di Kepulauan Karimunjawa. Empat pulau lainnya adalah Karimunjawa, Nyamuk, Parang, dan Genting.

Untuk bisa menyeberang ke Jepara yang membutuhkan sekitar 4 jam pelayaran, harus ke Pulau Karimunjawa dulu. Dan, itu butuh 30 menit perjalanan darat dari Kemujan. Dua pulau tersebut sudah terhubung jembatan.

Bima datang ke Kemujan bersama rekannya sesama peneliti, Elika Boscha, pada Sabtu lalu (29/12). Mereka meneliti kehidupan warga di sana.

Ketika mendengar pelabuhan ditutup, rasa waswas langsung menjalar. Sebab, tidak ada kepastian kapan bisa balik ke Jogjakarta. Padahal, akomodasi mereka hanya sampai 31 Desember.

Beruntung, mereka dibantu warga dan kepala desa setempat. ”Kami dipersilakan tinggal sampai ada kejelasan pelayaran dibuka lagi,” kata Elika.

Secara administratif, Karimunjawa masuk wilayah Kabupaten Jepara. Sejak 2001, kabupaten tempat lahirnya RA Kartini itu menetapkan kepulauan tersebut sebagai taman nasional.

Gelombang tinggi yang mencapai 2,5 meter sejak 30 Desember sempat membuat Karimunjawa terisolasi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News