Generasi Milenial Harus Cinta Batik

jpnn.com, GRESIK - Peragaan busana dan kirab batik khas Kabupaten Gresik kemarin (14/10) menjadi ajang pengenalan motif-motif terbaik. Di antaranya damar kurung, pudak, gapura Sunan Giri, hingga kayu stigi, dan rusa bawean.

Kirab batik itu memeriahkan peringatan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober. Sepanjang Jalan Jaksa Agung Suprapto ditutup untuk kirab. Mulai depan Gedung Wahana Ekspresi Poesponegoro (WEP) hingga simpang empat Sukorame. Ketua Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) Gresik Hj Maria Ulfa Sambari membuka kirab tersebut. Peragaan busana batik dimulai pukul 15.00.

Masyarakat, para peserta, dan para partisipan ikut mengenakan batik. Motif dan rancangannya bervariasi. ''Kirab dan fashion show ini mengenalkan serta mendorong generasi milenial untuk mencintai batik. Terutama batik khas Gresik,'' kata Maria Ulfa.

Istri Bupati Sambari Halim tersebut didampingi istri Wabup Moh. Qosim Hj Zumrotus Sholihah dan Ketua Harian Dekranas yang juga Kepala Diskoperindag Gresik Agus Budiono.

Di Kota Pudak, lanjut Maria Ulfa, ada tujuh kampung batik. Yakni, Kampung Batik Cerme Lor, Kecamatan Cerme; Batik Gajah Mungkur (Gresik); Kampung Sawo (Dukun); Kampung Raciwetan (Bungah); Kampung Wonorejo (Balongpanggang); Kampung Wringinanom (Wringinanom); dan Kampung Dulit (Jalan Magetan, GKB). ''Kampung-kampung batik itu semoga bisa menjadi destinasi wisata,'' katanya.

Agus mengatakan, sejumlah batik khas Gresik telah mendapatkan hak paten. Salah satunya batik Pamiluto yang kini jadi seragam PNS Pemkab Gresik.

Kharisma Ragil, 16, peserta fashion show, mengapresiasi langkah pemkab dalam membumikan batik di Gresik. Terutama motif batik khas Gresik. ''Senang bisa ikut acara ini,'' kata perempuan yang juga atlet panjat tebing itu. (yad/c15/roz)