Geothermal

Oleh: Dahlan Iskan

Geothermal
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Diskusi tanpa moderator pun berlangsung asyik. Kesimpulan pun bisa didapat: perlu dana negara untuk mengatasi kebuntuan geothermal.

Saya pernah menghitung: 12 tahun lalu. Negara "hanya" perlu menyiapkan uang Rp 500 miliar. Sebagai dana awal saja. Dana bergulir.

Sangat tidak banyak untuk ukuran negara. Dibanding dengan hasil yang akan didapat. Terutama untuk mencapai listrik hijau selamanya.

Dan lagi, uang itu tidak hilang. Dana itu akan digelindingkan dari satu geothermal ke geothermal lainnya.

Dana Rp 500 miliar itu –mungkin sekarang lebih dari itu– bisa dipakai untuk mengebor 10 sumur. Di dua lokasi. Dari 10 sumur itu mungkin 4 yang ''kosong''. Akan tetapi, jelaslah bahwa di lokasi itu ada panas bumi atau tidak. Jumlah panas buminya juga jelas.

Setelah potensinya nyata, barulah pemerintah melaksanakan tender. Yang ikut tender pun sudah bisa berhitung: akan menawar di harga berapa.

Pemenang tender harus mengganti biaya pengeboran dari dana APBN tadi.

Menggelinding. Uang pengembalian dipakai lagi untuk mengebor di lokasi lain.

Anda sudah tahu: pemerintah Presiden Jokowi sangat berani dalam hal menerobos kebuntuan di banyak bidang. Tetapi masih ketinggalan di soal geothermal.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News